Bengkala adalah sebuah desa yang terletak di Bali utara, tepatnya di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Sebagian masyarakat di desa ini bisu dan tuli atau dalam bahasa Bali disebut kolok.
Meski begitu, Desa Bengkala memiliki kesenian tradisional yang sudah mendunia, yaitu Tari Janger Kolok. Sebenarnya, Tari Janger berkembang sebagai tari pergaulan di beberapa daerah di Bali.
Penari Janger pada umumnya menari sembari menyanyi. Hal itulah yang membedakannya dengan Tari Janger Kolok yang dibawakan oleh penyandang disabilitas dari Desa Bengkala. Mereka menari menggunakan bahasa isyarat sebagai iringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Sekaa dan Tari Janger Kolok
Ketut Kanta dalam Jurnal Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha menyebutkan Tari Janger Kolok sudah ada sejak 1969. Pencipta dari tari ini adalah Almarhum Wayan Nedeng yang merupakan penduduk asli Desa Bengkala sekaligus pendiri Sekaa Janger Kolok pada 1967.
Awal berdirinya Sekaa Janger Kolok ini adalah untuk memberdayakan warga kolok untuk berkesenian. Selain itu, sekaa tersebut juga untuk menunjukkan bahwa kelompok disabilitas bisa setara dengan warga normal.
Saat itu, jumlah warga kolok di Bengkala mencapai ratusan orang dan keterlibatan mereka dalam kesenian masih minim. Warga kolok pada masa itu bekerja dengan cara menjual air karena sulitnya akses air di Desa Bengkala, sedangkan orang normal menekuni seni drama dan Tari Janger.
Karena pergaulan dengan warga kolok inilah yang mendorong Almarhum Wayan Nedeng menciptakan Tari Janger Kolok. Berbeda dengan Tari Janger pada umumnya, Tari Janger Kolok menggunakan bahasa isyarat sebagai pengganti nyanyian.
Almarhum Wayan Nedeng pada saat itu langsung turun tangan untuk mengajarkan gerakan Tari Janger Kolok kepada masyarakat Desa Bengkala. Ia menggabungkan Tari Janger dengan seni bela diri dalam tarian ini.
Makna Tari Janger Kolok
Sebagaimana Tari Janger pada umumnya, Tari Janger Kolok juga tergolong sebagai tari pergaulan. Tarian ini biasanya dipentaskan apabila ada permintaan di acara-acara tertentu. Selain itu, warga desa menganggap tari ini sebagai hiburan agar tidak bosan.
Gerakan Tari Janger Kolok
Tari Janger Kolok, sebagaimana Tari Janger pada umumnya menampilkan gerakan Tari Kecak. Hanya saja, tarian ini dipadupadankan dengan gerakan pencak silat lengkap dengan senjata tajam sebagai sarana pelengkap.
Warga yang bertugas sebelumnya akan bersembahyang untuk memohon keselamatan. Seiring dengan perkembangan zaman, Tari Janger Kolok tidak lagi menampilkan seni pencak silat karena penerusnya semakin berkurang.
Busana Tari Janger Kolok
Sekitar 1970 hingga 1980-an, busana yang digunakan penari Janger Kolok, yaitu:
- Kebaya, selendang, dan kamen untuk penari janger
- Udeng dan kamen untuk penari kecak
Kini, penari Janger Kolok sudah menggunakan pakaian yang lebih modern, yaitu:
- Gelungan, kamen, kepet, selendang untuk penari janger
- Udeng, rompi, saput, dan kamen untuk penari kecak
Artikel ini ditulis oleh Ni Kadek Restu Tresnawati peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/iws)