Bali memasuki musim layang-layang. Biasanya, musim layang-layang berlangsung sekitar Mei hingga September. Selama bulan-bulan tersebut, langit Bali akan dihiasi aneka layangan dengan bentuk maupun ukuran beragam.
Orang Bali, dari anak-anak sampai dewasa, cukup antusias jika musim layangan tiba. Bermain layang-layang atau melayangan sudah menjadi budaya bagi mereka.
Ada berbagai jenis layangan tradisional Bali. Mulai dari cotekan, bebean, pecukan, celepuk, hingga janggan yang memiliki ekor panjang menjuntai berpuluh-puluh meter. Permainan tradisional ini berakar dari tradisi agraris dan populer di kalangan petani maupun penggembala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerbang layang-layang atau pelayang disebut pula Rare Angon, anak gembala. Beberapa dari mereka membentuk kelompok atau sekaa melayangan. Mereka urunan dan bergotong royong, dari membuat hingga menerbangkan layang-layang.
Berbagai jenis layangan itu juga kerap dilombakan. Salah satunya, melalui Festival Layang-layang Internasional Bali yang digelar pada 15-16 Juli 2023 di Pantai Padang Galak, Sanur, Denpasar. Festival layang-layang itu bahkan melibatkan para pelayang dari Bali hingga mancanegara.
![]() |
Ketua Panitia Bali International Kite Festival I Kadek Dwi Armika mengungkapkan peserta festival layang-layang ini sekitar 997 orang dari Bali dan 12 komunitas pelangi daerah di Indonesia. Sedangkan, dari mancanegara ada delapan negara dan beberapa seniman dari negara-negara tersebut.
Festival internasional ini, kata Armika, merupakan bentuk akulturasi atau saling berbagi ilmu teknik dan dimensi model layang-layang internasional, nasional, hingga tradisional Bali. "Kami akan ada suatu integritas, yang mana bisa saling belajar tentang teknik layang-layang," kata Armika, belum lama ini.
Proses dan Biaya Pembuatan Layang-layang
Biaya pembuatan layang-layang bervariasi. Bahkan, layang-layang berukuran jumbo bisa membutuhkan biaya puluhan juta rupiah.
Gus Ade, pelayang dari Komunitas Pelayang Kubu Kaja, menuturkan perlu dana Rp 8 juta hingga Rp 9 juta untuk membuat satu layangan bebean berukuran sedang, yakni bentang sayap atau sirip 5 meter. Membuat satu layangan bebean berukuran besar, yakni 7 meter kali 12 meter lebih mahal lagi. Menurutnya, butuh dana sekitar Rp 25 jutaan
"Mahal kainnya. (Butuh biaya) minimal Rp 25 juta. Karena kami belinya rol-rolan," kata Gus Ade di Pantai Padang Galak, Minggu (16/7/2023).
Gus Ade mengungkapkan layangan tradisional Bali yang berukuran besar menggunakan jenis kain TC. Kain jenis itu merupakan kombinasi antara katun dan serat polyester. Menurutnya, kain TC dipilih karena pori-porinya tidak serapat kain terpal atau parasut. Sehingga, embusan angin masih dapat menembus kain dan membantu menyeimbangkan layangan ketika bermanuver di udara.
Selain kain, kualitas bambu yang digunakan sebagai rangkanya juga harus diperhatikan. Tujuannya, kata Gus Ade, agar rangka layang-layang kuat saat bermanuver di udara.
"Bebean memang simpel (pembuatannya), tapi lumayan (menguras biaya). Karena, kadang-kadang kami bisa menghabiskan dua sampai tiga bambu. Kalau cuma satu bambu, kadang setengah (bambunya) saja nggak terpakai. Jadi, kami harus selektif pilihnya," imbuhnya.
Menerbangkan Layang-layang Jumbo
Gede Eka Surya, pelayang dari Komunitas Cerucuk Barak menerbangkan layang-layang janggan buntut berukuran jumbo saat mengikuti festival layang-layang di Padang Galak, Denpasar, Minggu. Janggan buntut menggunakan kepala atau tapel menyerupai naga. Jika pada umumnya janggan memiliki ekor panjang, maka janggan buntut memiliki ekor pendek.
Eka menuturkan tidak ada teknik khusus ketika menerbangkan layangan janggan buntut berukuran jumbo. Menurutnya, hanya perlu memastikan kekuatan embusan angin yang cukup dan area main layangan yang luas.
Kemudian, pastikan jarak bentang antara orang yang menarik talinya dengan layangannya, sejauh 75 meter. Setidaknya, perlu enam orang untuk memegangi layangan Janggan dengan bentang sayap 6 meter dan panjang dari kepala hingga ekor 10 meter.
"(Menerbangkannya) dilepas saja. Dengan catatan, anginnya bagus. Kalau nggak ada angin, susah. Nggak perlu terlalu kencang (anginnya), yang penting stabil. Kalau di Bali, anginnya stabil terus," kata Eka.
Jika layangannya sudah mengudara, orang yang memegang tali hanya perlu menjaga kestabilan manuver layangan. Tidak ada teknik khusus untuk mengendalikan layangan janggan buntut berukuran jumbo ketika sudah mengudara.
Di sisi lain, proses menurunkan layangan berukuran jumno justru lebih membutuhkan kerja keras. Menurutnya, ada resiko layangan malah menghunjam ke tanah saat akan didaratkan. Kalau sudah begitu, layangan bisa rusak hingga patah.
"Saat menurunkan layangan itu bisa saja terbalik. Jadi, ya kami ikuti saja gerak dan arah layangan, seperti orang menari. Layangan bermanuver ke mana, kami ikuti," tutur Eka.
Gus Ade, pelayang dari Kominitas Kubu Kaja, mengatakan mengendalikan layangan berukuran besar saat di udara tetap penting. Apalagi, jika menerbangkan layangan saat perlombaan atau kompetisi.
Pelayang, kata Gus Ade, perlu memperhatikan posisi layangan. Termasuk menentukan waktu yang tepat untuk menarik dan mengulur layangan agar terbang pada ketinggian tertentu. Tujuannya, agar tidak bertabrakan dengan layangan milik peserta lain.
"Kami harus jeli memainkannya. Perlu kelincahan bermain. Teman-teman perlu koordinasi yang bagus. Hampir semua melihat ke atas, posisi layangan kami. Nah, kalau posisi layangan kami terancam, kami harus gerak cepat," jelas Gus Ade.
Selain itu, Gas Ade juga menekankan pentingnya koordinasi antar pemain layangan. Termasuk, koordinasi antar kontestan yang lain. "Semua peserta ingin mengamankan layangannya masing-masing," imbuhnya.
Bermain Layang-layang dengan Aman
Bermain layang-layang perlu memperhatikan keamanan, baik untuk pelayang maupun orang lain. Termasuk dengan menerbangkan layang-layang di lapangan lapang dan jauh dari tiang maupun kabel listrik. Jika layang-layang yang diterbangkan berukuran jumbo, pelayang juga disarankan untuk tidak bermain di dekat pemukiman.
PT Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi (PLN UID) Bali menurunkan sebanyak 213 layang-layang yang nyangkut di tiang dan kabel listrik. Ratusan layang-layang tersebut diturunkan sepanjang Januari hingga Juni 2023.
![]() |
Manajer Komunikasi PT PLN (Persero) UID Bali I Made Arya mencatat 29 gangguan kelistrikan akibat layang-layang pada periode tersebut. Rinciannya, dua kali gangguan pada jaringan transmisi 150 Kilovolt (kV) dan 27 kali gangguan pada jaringan distribusi 20 kV. "Gangguan pada jaringan atau peralatan listrik mengakibatkan pemadaman aliran listrik," kata Arya, Senin (10/7/2023).
Menurut Arya, beberapa wilayah di Bali terdampak gangguan listrik akibat layang-layang, antara lain Denpasar, Badung, Tabanan, dan Gianyar. Ia menegaskan layang-layang yang nyangkut di kabel listrik juga akan membahayakan pemilik layang-layang.
"Bisa juga berbahaya bagi pemain layangan bila menggunakan tali layangan dari benang maupun dari kawat yang bersifat konduktor apabila menyentuh tegangan listrik," imbuhnya.
Arya mengimbau warga untuk bermain layang-layang di tempat yang aman dan jauh dari jaringan listrik. Ia tak ingin layang-layang jatuh menimpa jaringan listrik, terlebih jika layang-layang yang diterbangkan berukuran jumbo.
"Yang terpenting juga agar jangan menginapkan layangan karena sangat berpotensi layangannya jatuh menimpa jaringan listrik," tandasnya.
(iws/iws)