Mengenal Tari Sakral Rejang Pala dari Karangasem: Keunikan dan Sejarah

Karangasem

Mengenal Tari Sakral Rejang Pala dari Karangasem: Keunikan dan Sejarah

Dewa Gede Kumara Dana - detikBali
Minggu, 16 Apr 2023 11:19 WIB
Tari Rejang Pala
Tari Rejang Pala. Foto: BASAbali.org
Karangasem -

Bali terkenal memiliki ribuan warisan kebudayaan. Tarian merupakan salah satunya. Setiap daerah di Bali memiliki tarian dengan ciri khas masing-masing. Biasanya, sebuah tarian akan menggambarkan sebuah cerita.

Salah satu tari sakral yang memiliki keunikan tersendiri adalah Tari Rejang Pala yang berasal dari Desa Nongan, Karangasem, Bali. Yuk, mengenal lebih jauh tarian sakral dari Bumi Lahar ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah

Mengutip dari jurnal Tari Rejang Pala yang ditulis I Wayan Adi Gunarta dan Ida Ayu Wayan Arya Satyani, Tari Rejang Pala merupakan tarian sakral warisan Pura Balang Tamak.

Saat ini Tari Rejang Pala juga dipentaskan dalam upacara Usaba Desa di Pura Pesamuhan Agung, Desa Nongan. Kendati demikian, masih belum diketahui secara pasti dan detail mengenai sejarah tarian ini.

ADVERTISEMENT

Tarian ini dulunya selalu dipentaskan pada upacara Usaba Pala, namun sempat vakum karena proses regenerasi penari terputus dan jejak koreografinya pun hilang. Jejak yang ditinggalkan hanyalah gelungan (hiasan kepala) rejang yang berisi sedikit buah dan bunga, yang ditempatkan dalam bodag atau kotak besar anyaman bambu.

Jumlah gelungan yang ditemukan ada 11. Gelungan ditemukan di Bale Pasamuhan (bangunan berbentuk segi empat), tempat meletakkan pratima Jero Gede Balang Tamak selama upacara berlangsung.

Tarian ini disebut pernah direkonstruksi pada 1984. Kemudian pada 2019, prajuru Desa Adat Nongan dan Kepala Desa Nongan serta seluruh elemen masyarakat berinisiatif melakukan rekonstruksi terhadap tarian ini sebagai bentuk upaya pelestarian warisan budaya daerah.

Tarian ini direkonstruksi oleh Ida Ayu Wayan Arya Setyani dan I Gusti Ngurah Sudibya setelah melalui proses pengumpulan data dan rekonstruksi yang panjang. Selanjutnya, tarian ini pertama kali dipentaskan kembali pada 8 April 2019 dalam upacara Usaba Desa di Pura Pesamuhan Agung.

Keunikan

Keunikan Tari Rejang Pala ini dapat dilihat dari gelungan yang digunakan oleh para penari. Tarian ini ditarikan oleh tiga perempuan yang diklasifikasikan menjadi tiga orang dengan umur berbeda, yaitu anak perempuan, daha (remaja putri), dan ibu-ibu.

Gelungan yang digunakan oleh remaja putri dihiasi berbagai jenis buah-buahan segar hasil perkebunan masyarakat setempat. Kelompok penari anak-anak akan menggunakan gelungan yang sama seperti remaja yaitu dihiasi buah-buahan segar.

Sedangkan untuk penari kelompok ibu-ibu, hiasan kepalanya menggunakan sanggul bali dan semanggi dari buah-buahan. Serta membawa bokoran berisi canang sari (sesaji) yang di atasnya diisi beberapa buah.

Artikel ini ditulis oleh Dewa Gede Kumara Dana, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/efr)

Hide Ads