Tari tupping merupakan salah satu tari tradisional asal Lampung. Sesuai dengan namanya, tari tupping ini memiliki keunikan tersendiri, penarinya menggunakan topeng.
Tari tupping sendiri biasanya ditampilkan saat perayaan besar, di antaranya untuk menyambut tamu-tamu. Lantas seperti apa tari tupping itu? Berikut detikSumbagsel rangkum sejarah, fungsi, gerakan hingga properti yang digunakan.
Sejarah Tari Tupping
Dilansir Jurnal Universitas Islam Negeri Raden Intan, Universitas Lampung dan Buku Topeng Lampung Tinjauan Awal Drama Tari Tupping dan Pesta Sakura oleh Kemendikbud, tari tupping berasal dari Lampung Selatan terutama di Desa Kesugihan, Desa Canti dan Desa Kuripan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istilah tupping berasal dari kata tup yang artinya tutup dan kata ping yang artinya merapatkan atau menekan sesuatu kepadanya. Secara umum, topeng adalah suatu benda yang menutup muka.
Pertunjukan tari tupping dipentaskan sebagai drama tari yang bisa ditonton. Drama tari ini menampilkan adegan tari yang didasarkan sebuah cerita yang menyimpan dan mengandung cita-cita luhur pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan di daerah Kalianda.
Cerita yang dibawakan dalam drama tari tupping adalah cerita perjuangan prajurit dari pasukan tempur dan pengawal rahasia Radin Intan I, Radin Imba II, dan Radin Intan II. Pada abad ke-17, perdagangan lada di daerah Lampung menjadi monopoli Kesultanan Banten. Pada 22 September 1908, Gubernur Jenderal Daendels dari Belanda menyatakan berkuasa atas daerah Lampung.
Pernyataan ini ditanggapi dengan perlawanan dan perjuangan untuk mempertahankan daerah kesultanan. Pasukan tempur rahasia menyamarkan diri dengan topeng dan bertempur sebagai prajurit gerilya.
Tupping adalah pasukan gerilya Radin Intan II. Pasukan tupping terdiri dari 12 pasukan dengan berbagai macam karakter. Tugas pasukan ini bukan sebagai mata-mata tetapi sebagai pasukan penyerbu dengan berpura-pura menjadi bagian dari masyarakat. Setelah selesai melakukan penyerangan, pasukan tupping yang menggunakan daun-daunan akan kabur ke hutan untuk menyembunyikan diri.
Tarian ini dibuat pada tahun 1984 dengan mengambil sumber dari Desa Kuripan untuk mengetahui sejarahnya. Diciptakannya tari ini dengan tujuan menghibur masyarakat.
Fungsi Tari Tupping
Drama tari tupping dipentaskan sebagai tontonan. Drama tari ini berfungsi sebagai penolak bala pada acara adat antara lain prosesi adat perkawinan, upacara adat khitanan, ruwatan hasil laut dan pengangkatan kepala marga.
Pertunjukkan drama tari tupping sering menjadi tempat berkumpulnya masyarakat. Pertunjukan tradisional ini mampu memberikan kebahagiaan dan rasa solidaritas antarsesama.
Atraksi penari yang tidak diduga mulai dari atraksi berguling, saling bertempur, dan melompati penari lain mampu membuat penonton bertepuk tangan dengan raut senyum di wajah mereka.
Jenis-Jenis Tupping
Tupping terdiri dari 12 macam yang memiliki karakter yang berbeda-beda sesuai pasukan tempur Radin Intan II.
- Tupping Ikhung Tebak memiliki arti yaitu bertanggung jawab kepada seluruh pasukan yang sedang berperang.
- Tupping Ikhung Cungak memiliki arti penciuman yang sangat tajam untuk mengetahui keberadaan musuh.
- Tupping Luah Takhing artinya menunjukkan sikap keberanian atau berani mati.
- Tupping Jangguk Khawing artinya menunjukkan sikap berani dan seram.
- Tupping Banguk Khabit ini berkarakter seperti berbicara terbata-bata dengan 12 orang pasukan yang selalu siaga di Selat Sunda.
- Tupping Bekhak Banguk memiliki karakter berbicara keras dan tegas.
- Tupping Tupping mata sipit ini menunjukkan karakter berpikir karena memiliki banyak ide.
- Tupping Banguk Kicut menunjukkan keahlian dalam menyampaikan sandi-sandi.
- Tupping Tupping Pudak Bebai ini berkarakter seperti wanita, namun di medan pertempuran melebihi seperti pria.
- Tupping Tupping Mata Kedugok ini berkarakter pendiam dan pengantuk tetapi pada saat waktunya akan menjadi sangat gagah.
- Tupping Tupping Mata Kicong memiliki karakter yang selalu siap siaga dan tidak pernah tidur.
- Tupping Irung Pesek mempunyai karakter apa adanya.
Ragam Gerak Tari Tupping
Dahulu, penari tupping dibawakan oleh 12 orang laki-laki. Hal ini dilatarbelakangi karena pasukan tempur adalah pria. Gaya tari yang akan dibawakan oleh kaum pria adalah gerak prajurit yang menunjukkan kegagahan dan keperkasaan.
Penopeng harus dalam keadaan suci jiwa dan raga, tidak sedang mengalami persoalan hidup dan gangguan rohani serta fisik. Musik yang menjadi pengiring tari tupping umumnya terdiri dari 3 instrumen, yaitu musik vokal yang dihasilkan oleh suara manusia, musik tangan yang dihasilkan oleh tepukan dan jentikan jari, dan musik instrumen yang dihasilkan dari alat music tradisional.
Musik yang dinyanyikan adalah syair yang berisi peribahasa pada masa Raden Intan. Syair itu berbunyi:
Tukkok Lemong
Tukkok ni Batin Khatu
Najin di Lawok Akhong
Najin di Lawok Akhong
Kuselom Sappi niku
Woy....
Ngalung-ngalung dijambat
Nyak ngaji di buang gukhu
Sapa liyu ku sambat
Sapa liyu kusambat
Nyak ngulih ku diniku
Woy.....
Adapun arti dari syair itu yakni:
Tongkat lemong
tongkatnya batin ratu
Ada di laut hitam
Ada di laut hitam
Saya selam "sappi" kamu.
Woy...
Mutar-mutar di jambat
Saya ngaji di buang guru
Siapa lewat saya sambat
Siapa lewat saya sambat
Saya nanya sama kamu,
Woy...
Ragam gerak yang dilakukan penari tupping mirip dengan gerakan pencak silat dan tidak terstruktur. Gerakan silat mencerminkan gerak prajurit gerilya Radin Intan II. Tarian lebih dinikmati oleh penari untuk menghibur penonton. Di zaman sekarang, pertunjukan drama tari tupping memiliki berbagai gerakan baru tergantung dari mana penarinya berasal.
Ragam gerak yang diciptakan tetap harus mempertahankan makna gerakan prajurit yang serius dan jenaka seperti pasukan Radin Intan II.
Properti Tari Tupping
Busana yang digunakan penari terdiri dari tiga busana, yaitu busana dasar menggunakan baju dan celana hitam, busana kepala menggunakan kain yang dipasang dedaunan untuk menutupi kepala, dan busana tubuh yang dipenuhi dedaunan.
Aksesoris yang digunakan penari adalah gelang tangan dan kalung tegal buduk. Hal terpenting yang dipakai oleh penari adalah topeng dan tongkat. Alat musik yang digunakan untuk menghasilkan instrumen musik, yakni gekhumung, gong, canang, sekhedapan, gujih, rebana, dan gemalan.
Demikian informasi tentang sejarah, fungsi, jenis topeng, ragam gerak dan properti tari tupping. Semoga bermanfaat detikers.
Artikel ini ditulis oleh Muhammad Febrianputra Jastin, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dai/dai)