Tradisi Bukakak Desa Giri Emas, Ungkapan Syukur Hasil Pertanian yang Melimpah

Tradisi Bukakak Desa Giri Emas, Ungkapan Syukur Hasil Pertanian yang Melimpah

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Kamis, 06 Apr 2023 21:10 WIB
Ribuan krama ikuti tradisi Ngusabha Bukakak, di Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis (6/4/2023). (Made Wijaya Kusuma)
Foto: Ribuan krama ikuti tradisi Ngusabha Bukakak, di Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis (6/4/2023). (Made Wijaya Kusuma)
Buleleng - Ribuan krama (warga) Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali menggelar tradisi ngusabha bukakak, Kamis (6/4/2023). Tradisi ini diadakan dua tahun sekali, tepatnya pada Rahina Purnama Sasih Kadasa.

Tradisi ini sudah dilakukan sejak turun-temurun dan merupakan warisan leluhur di Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh, Desa Giri Emas, yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Dalam tradisingusabhabukakak, krama akan membuatpalinggihbukakak atau dikenal dengan sebutansaradageng.Saradageng dibentuk menyerupai seekor burung garuda/paksi yang dibuat menggunakan bambu atau daun enau muda dengan hiasan bunga sepatu atau bunga pucuk bang.

Makna Tradisi Bukakak

Ribuan krama ikuti tradisi Ngusabha Bukakak, di Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis (6/4/2023). (Made Wijaya Kusuma)Ribuan krama ikuti tradisi Ngusabha Bukakak, di Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis (6/4/2023). (Made Wijaya Kusuma) Foto: Ribuan krama ikuti tradisi Ngusabha Bukakak, di Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis (6/4/2023). (Made Wijaya Kusuma)

Ketua Panitia Ngusabha Wayan Sunarsa mengatakan tradisi ngusabha bukakak dilaksanakan dengan tujuan untuk mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai dewi kesuburan, atas kesuburan tanah dan segara hasil pertanian yang melimpah.

Ia menyebut tradisi ngusabha bukakak merupakan simbol perpaduan antara Sekta Siwa, Wisnu dan Sambhu. Di mana, untuk sarana yang ditempatkan di dalam bukakak yakni seekor babi sebagai lambang Dewa Sambhu yang diguling sebagian tubuhnya.

"Hanya bagian punggungnya saja, sedangkan bagian bawah dibiarkan mentah. Sehingga babi tersebut memiliki tiga warna (Tridatu), yakni merah/bagian matang, hitam/bagian yang masih ada bulunya, dan putih/bagian yang masih mentah dan bulunya telah dihilangkan," kata Wayan Sunarsa ditemui seusai tradisi berlangsung, pada Kamis (6/4/2023).

Rangkaian Prosesi

Prosesi ini diawali dengan upacara mesucian di Pura Pancoran Emas. Wayan Sunarsa menjelaskan bukakak atau sarad ageng ini dibuat pada pagi harinya.
Setelah selesai, krama desa berkumpul di PuraPasek atau Pura Subak untuk memulai rangkaianbukakak tersebut.

Warga desa yang dipilih untuk mengusung bukakak atau sarad ageng tersebut adalah yang sudah dewasa. Sedangkan krama yang masih remaja diperbolehkan untuk mengusung sarad alit.

"Remaja berumur 12 tahun ke atas menggunakan pakaian putih kuning untuk mengangkat (ngogong) sarad alit, sedangkan laki-laki berumur 17 tahun ke atas menggunakan pakaian putih merah untuk ngogong sarad ageng atau Bukakak," jelas Wayan Sunarsa.

Setelah upacara mesucian di Pura Pancoran Emas, krama desa kembali ke Pura Subak. Setelah itu, palinggih sarad ageng diusung oleh krama dewasa (laki-laki) menuju Pura Gunung Sekar.

Uniknya di sini, setelah selesai dari Pura Gunung Sekar, krama akan berlarian dari atas menuju tempat berikutnya. Prosesi ini lalu diakhiri dengan Palinggih Sarad Ageng diiring ke Pura Segara Giri Emas.




(nor/hsa)

Hide Ads