Akar Tradisi, Proses Pembuatan, Makna, hingga Tantangan Ogoh-Ogoh di Bali

Akar Tradisi, Proses Pembuatan, Makna, hingga Tantangan Ogoh-Ogoh di Bali

Ni Komang Nartini - detikBali
Sabtu, 22 Mar 2025 07:30 WIB
Ogoh-ogoh β€˜Angkara’ karya ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Desa Adat Sidakarya, Denpasar. (Fabiola Dianira/detikBali)
Foto: Ogoh-ogoh 'Angkara' karya ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Desa Adat Sidakarya, Denpasar. (Fabiola Dianira/detikBali)
Denpasar -

Salah satu tradisi yang paling memukau dan menjadi daya tarik bagi wisatawan di Bali adalah parade ogoh-ogoh. Pawai ogoh-ogoh ini diadakan setiap tahun menjelang Nyepi.

Ogoh-ogoh lebih dari sekadar pertunjukan seni. Sebab, ogoh-ogoh memiliki nilai-nilai filosofis, sosial, dan spiritual yang dianut masyarakat Bali.

Menggali Akar Tradisi Ogoh-Ogoh

Parade ogoh-ogoh yang dikenal saat ini relatif modern dibandingkan beberapa dekat sebelumnya. Sebab, tradisi pengarakan ogoh-ogoh berkembang pesat sejak 1980-an. Akarnya dapat ditelusuri ke ritual-ritual Bali kuno yang bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat dan membersihkan lingkungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Praktik membuat boneka raksasa sebagai representasi kekuatan negatif mungkin sudah ada sejak lama. Namun, tradisi baru berkembang pada akhir abad ke-20 menjadi bentuk yang lebih terstruktur dan melibatkan partisipasi masyarakat luas.

Persiapan Ogoh-Ogoh: Lebih dari Sekadar Proses Kreatif

Proses pembuatan ogoh-ogoh adalah sebuah proyek komunal yang membutuhkan waktu, tenaga, dan sumber daya yang signifikan. Biasanya, sekaa teruna (organisasi pemuda desa adat) memimpin inisiatif ini dengan melibatkan seluruh komunitas.

ADVERTISEMENT

Berikut proses pembuatan ogoh-ogoh.

  • Konsultasi dan Perencanaan Spiritual
    Sebelum memulai desain, sekaa teruna biasanya berkonsultasi dengan tokoh agama atau tetua adat untuk memastikan konsep ogoh-ogoh selaras dengan nilai-nilai spiritual dan tidak melanggar norma-norma adat. Pemilihan tema juga dipertimbangkan dengan matang. Pemilihan tema sering kali mencerminkan isu-isu sosial atau tantangan yang dihadapi masyarakat.
  • Pengumpulan Material
    Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan ogoh-ogoh bervariasi, tetapi bambu tetap menjadi material utama untuk kerangka. Kerangka juga kini sudah mulai beralih menggunakan besi sehingga lebih kuat dipakai saat pawai.

    Selain itu, bahan lainnya biasanya memakai kertas daur ulang, styrofoam, kain, dan cat digunakan untuk membentuk detail dan memberikan warna pada patung. Namun, penggunaan styrofoam makin dikurangi karena tidak ramah lingkungan.

    Upaya untuk menggunakan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan semakin meningkat dalam pembuatan ogoh-ogoh. Hal itu mencerminkan kesadaran mengenai pentingnya keberlanjutan.

  • Pembentukan Detail dan Ekspresi
    Inilah tahap kreativitas yang benar-benar bersinar. Para seniman muda dengan sabar membentuk detail-detail patung, seperti wajah, tangan, dan ornamen. Ekspresi wajah ogoh-ogoh sangat penting karena mencerminkan karakter dan emosi yang ingin disampaikan.

  • Pewarnaan dan Sentuhan Akhir
    Pewarnaan adalah tahap akhir yang memberikan kehidupan pada ogoh-ogoh. Warna-warna cerah dan mencolok digunakan untuk menarik perhatian dan menekankan aspek-aspek tertentu dari desain. Ornamen tambahan, seperti kain, bulu, dan perhiasan, ditambahkan untuk mempercantik tampilan ogoh-ogoh.

  • Upacara Penyucian
    Sebelum diarak, ogoh-ogoh biasanya menjalani upacara penyucian (melaspas) yang dipimpin seorang pendeta. Upacara ini bertujuan untuk memberikan energi positif pada ogoh-ogoh dan memastikan boneka besar itu benar-benar menjadi representasi dari kekuatan negatif yang akan diusir.

Makna Simbolis dari Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh lebih dari sekadar patung raksasa yang diarak keliling desa. Ia adalah simbol kompleks yang mengandung berbagai lapisan makna. Berikut makna dari ogoh-ogoh.

  • Bhuta Kala dan Kekuatan Negatif
    Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ogoh-ogoh melambangkan Bhuta Kala, kekuatan negatif yang mengganggu keseimbangan alam dan pikiran manusia. Bhuta Kala adalah personifikasi dari keserakahan, kemarahan, kebodohan, dan segala macam energi destruktif lainnya.

  • Pembersihan dan Harmoni
    Parade ogoh-ogoh adalah ritual pembersihan yang bertujuan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan dan pikiran masyarakat. Dengan mengarak ogoh-ogoh keliling desa, masyarakat Bali berharap dapat memulihkan keseimbangan dan menciptakan harmoni.

  • Refleksi Diri dan Pengendalian Diri
    Ogoh-ogoh juga berfungsi sebagai pengingat bagi manusia untuk selalu waspada terhadap kekuatan negatif yang ada dalam diri mereka sendiri. Tradisi ini mendorong individu untuk merenungkan tindakan mereka dan berusaha untuk mengendalikan nafsu dan keinginan buruk.

  • Kreativitas dan Ekspresi Artistik
    Pembuatan ogoh-ogoh adalah bentuk ekspresi artistik yang memungkinkan masyarakat Bali untuk mengeksplorasi kreativitas mereka dan menyampaikan pesan-pesan penting melalui seni.

  • Gotong Royong dan Solidaritas Komunitas
    Proses pembuatan ogoh-ogoh adalah contoh nyata dari semangat gotong royong (kerja sama) yang kuat dalam masyarakat Bali. Tradisi ini mempererat hubungan antar anggota komunitas dan menumbuhkan rasa kebersamaan.

  • Kritik Sosial dan Satire
    Dalam beberapa tahun terakhir, ogoh-ogoh sering digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kritik sosial dan satire terhadap isu-isu yang relevan. Melalui desain dan tema yang dipilih, masyarakat Bali dapat menyuarakan keprihatinan mereka tentang masalah-masalah, seperti korupsi, kerusakan lingkungan, atau ketidakadilan sosial.

Parade Ogoh-Ogoh

Parade ogoh-ogoh adalah puncak dari seluruh proses persiapan. Pada sore hari sebelum Hari Raya Nyepi, ogoh-ogoh diarak keliling desa dengan iringan musik gamelan Baleganjur yang energik dan memukau. Para pemuda membawa ogoh-ogoh di atas pundak mereka, berputar-putar dan menggoyangkannya seolah-olah sedang menari.

Atmosfer selama parade sangat meriah dan penuh semangat. Masyarakat berkumpul di sepanjang jalan untuk menyaksikan ogoh-ogoh yang lewat, memberikan dukungan dan semangat kepada para pemuda. Setelah diarak keliling desa, ogoh-ogoh biasanya dibawa ke tempat terbuka, seperti lapangan atau pantai, di mana ia akan dibakar atau dihancurkan. Proses pembakaran ini melambangkan penghapusan segala energi negatif dan pembersihan lingkungan.

Tantangan dan Masa Depan Tradisi Ogoh-Ogoh

Meskipun tradisi ogoh-ogoh tetap populer dan relevan, ia juga menghadapi beberapa tantangan sebagai berikut.

  • Pengaruh Komersialisasi
    Popularitas ogoh-ogoh telah menarik minat dari pihak-pihak komersial, yang berpotensi mengancam nilai-nilai tradisional dan spiritual dari tradisi ini.

  • Masalah Lingkungan
    Penggunaan styrofoam dalam pembuatan ogoh-ogoh telah menjadi perhatian lingkungan yang serius. Upaya untuk mengganti styrofoam dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan perlu terus ditingkatkan.

  • Modernisasi dan Perubahan Sosial
    Perubahan sosial dan modernisasi dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam tradisi ogoh-ogoh. Penting untuk menjaga agar tradisi ini tetap relevan dan menarik bagi generasi muda.

Masa depan tradisi ogoh-ogoh bergantung pada kemampuan masyarakat Bali untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai tradisional dan tuntutan zaman modern. Dengan terus menghargai dan melestarikan makna filosofis dan spiritual dari tradisi ini, ogoh-ogoh akan tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Bali yang kaya dan unik.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads