Puri merupakan sebutan dalam Bahasa Bali yang diartikan sebagai istana atau tempat tinggal anggota kerajaan Bali dengan kasta Ksatria. Pada masanya, puri tidak hanya sebatas sebagai tempat tinggal para bangsawan, tetapi juga difungsikan sebagai pusat pemerintahan, baik sektor ekonomi, sosial, hingga budaya.
Sehingga, puri menjadi bagian yang sangat sentral untuk suatu daerah. Berbagai puri yang ada di Bali mengalami masa kejayaan sekitar abad ke-19 hingga 19 Masehi. Namun, hingga saat ini, masih terdapat beberapa puri yang eksis dan tetap berkembang di Bali.
Puri yang masih eksis adalah Puri Agung Tabanan, Puri Agung Denpasar, dan Puri Agung Amlapura. Berikut ulasannya yang dirangkum detikBali dari berbagai sumber,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puri Agung Tabanan
Puri Agung Tabanan, merupakan tempat kediaman raja Tabanan yang berlokasi di Jalan Srigunting No.3, Tabanan. Puri Agung Tabanan terdiri dari beberapa bangunan, yaitu Pelinggih Agung, Pelinggih Rong Tiga, Suci, Bale Gong, Kori Agung, Bale Astapeta, Bale Saren, Bale Loji, Kori Alit, Bale Gede, Kori Belakang, Kori Saren Kelod, dan Bale Jineng.
Menurut sejarah, keberadaan Puri Agung Tabanan tidak terlepas dari tokoh Arya Kenceng. Diceritakan, Arya Kenceng datang bersama Patih Gajah Mada ketika Kerajaan Majapahit menaklukan Kerajaan Bedulu pada tahun 1343.
Arya Kenceng merupakan raja pertama yang memerintah di Puri Agung Tabanan, yang saat itu masih terletak di Pucangan (Buahan), Tabanan. Pada kepemimpinan Raja Tabanan ke-III Srirarya Ngurang Langwang, lokasi kerajaan berpindah ke area pedukuhan yaitu Dukuh Sakti.
Penamaan Puri Agung Tabanan didasarkan pada terdapatnya sumur seperti Tabunan, sehingga puri itu diberi nama Puri Agung Tabunan. Kemudian, penyebutannya berubah dengan Puri Agung Tabanan, kerajaannya disebut Puri Singasana, dan Rajanya bergelar Sang Nateng Singasana.
Puri Agung Denpasar
Puri Agung Denpasar merupakan sebuah kedaton peninggalan raja bali di Bali Selatan yang didirikan oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan. Berlokasi di Jalan Veteran No.62 Denpasar, saat ini lokasi Puri Agung Denpasar menjadi Rumah Jabatan Gubernur Bali.
Pembangunan Puri Agung Denpasar selesai pada tahun 1788 yang pada mulanya dijadikan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Badung. Hingga, akhirnya pasukan Belanda mengalahkan Kerajaan Badung pada Perang Puputan Badung tahun 1906.
Pada saat itu, Puri Agung Denpasar dijadikan Rumah Jabatan Asisten Residen Belanda. Hingga setelah merdekanya Indonesia, Puri Agung Denpasar pun pindah ke tangan Pemerintah Indonesia dan dijadikan sebagai Rumah Jabatan Gubernur Bali hingga saat ini.
Saat ini, Puri Agung Denpasar juga dijadikan pusat aktivitas sosial budaya dan spiritual. Selain itu juga telah tersedia sanggar tari anak-anak yang secara gratis dapat diikuti oleh anak-anak sekolah dasar. Jadi, selain sebagai rumah jabatan Gubernur Bali, Puri Agung Denpasar merupakan program dari keluarga puri sebagai upaya pelestarian budaya.
Puri Agung Amlapura, Karangasem
Puri Agung Amlapura atau yang lebih dikenal sebagai Puri Agung Karangasem, terletak di Jalan Sultan Agung, Karangasem. Puri Agung Karangasem dibangun pada abad ke-19 Masehi, dengan Gede Jelantik sebagai raja pertamanya.
Selain Puri Agung, pada kawasan puri tersebut juga berdiri dua puri lainnya. Yaitu Puri Gede dan Puri Kertasura.
Puri Agung Karangasem memiliki daya tarik yang kuat. Hal ini dikarenakan kemegahan arsitektur bangunan yang dipadukan antara arsitektur Bali, China, dan Eropa. Bagian puri dibagi menjadi tiga area yang memiliki fungsinya masing-masing.
Bagian depan disebut "Bencingah", merupakan tempat diadakannya pertunjukkan kesenian tradisional. Kemudian, bagian tengah disebut "Jaba Tengah" merupakan kebun yang ditumbuhi oleh dua pohon leci yang berumur sangat tua.
Sedangkan, bagian dalam merupakan area bangunan utama puri disebut "Maskerdam" yang diambil dari nama sebuah kota di Amsterdam. Penamaan tersebut didasarkan pada waktu pembangunannya dilakukan ketika Raja Karangasem menjalin hubungan baik dengan pemerintahan Kerajaan Belanda.
Artikel ini ditulis oleh Ni Luh Made Yari Purwani Sasih peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/irb)