Keinginan Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk menjadikan tradisi makepung sebagai atraksi wisata di Sirkuit All In One, Desa Pengambengan, mendapat tanggapan dari I Ketut Keca (87). Pria asal Desa Perancak ini adalah salah satu panglingsir atau orang yang dituakan dalam tradisi makepung di Jembrana.
"Sangat bagus jika dibuatkan arena untuk tujuan pariwisata. Sebelumnya juga saya pernah dengar mengenai rencana ini, bahkan sudah pernah berjalan pada kepemimpinan bupati sebelumnya, namun tidak maksimal," kata Keca saat ditemui di rumahnya, Sabtu (7/1/2023).
Faktor umur membuat Keca kini tak lagi aktif dalam helatan makepung di Jembrana. Matanya juga mulai rabun. Meski begitu, ia sangat antusias mendengar perkembangan makepung di Jembrana. Menurutnya, makepung memiliki penggemar yang sangat fanatik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keca pun mendorong Pemkab Jembrana untuk mengedukasi para penggemar makepung bahwa balapan kerbau itu kini diarahkan untuk atraksi pariwisata. Pemilihan sekaa makepung untuk tujuan pariwisata di Sirkuit All In One pun, kata Keca, harus didata dan terbuka.
Terlebih, ada dua sekaa makepung di Jembrana, yaitu blok Ijogading Barat dan blok Ijogading Timur. Anggotanya kedua blok makepung itu sekitar 200 orang.
![]() |
"Jangan sampai tujuan pemerintah yang begitu bagus ini tidak dicermati baik oleh sekaa lain, intinya cara penyampaian harus baik," ujar pria yang akrab disapa Kiang Keca. "Jangan sampai ada gesekan antar anggota nantinya, itu harus dipikirkan juga."
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana, Anak Agung Komang Sapta Negara menjelaskan, atraksi makepung di Sirkuit All In One dikemas berbeda dengan tradisi makepung tradisional. Sebagai atraksi wisata, nantinya pembagian kerbau makepung akan dilakukan berdasarkan kesepakatan sekaa.
"Ini masih kami rancang dengan sekaa makepung se-Jembrana, sehingga segala sesuatu sudah dipikirkan, tinggal mengatur jadwal di sirkuit," kata Sapta Negara.
Selain itu, alat pemukul kerbau atau bongkol yang biasanya berisi duri-duri kecil juga tidak lagi digunakan. Kini para joki mengganti bongkol tersebut dengan pecut sehingga kerbau tak lagi berdarah-darah. Penggantian bongkol berduri dengan pecut itu dilakukan lantaran kerap dianggap menyakiti kerbau.
(iws/gsp)