Salah satu sudut di Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, juga merayakan sukacita Natal 2022. Meski hanya ada empat keluarga penganut Kristen, peribadatan Natal berlangsung khidmat. Mayoritas penduduk di salah satu lingkungan terjauh dari Desa Gulingan ini memeluk Hindu.
Perayaan Natal di Gereja GKPB Uwit Galang Ulun Uma Desa Gulingan pada Minggu (25/12/2022), juga dihadiri para jemaat dari beberapa wilayah di Badung dan Denpasar. Mereka merupakan simpatisan yang sudah tinggal lama di Bali.
Perkembangan kekristenan di Ulun Uma, salah satu banjar di Desa Gulingan, ini tidak lepas dari keberadaan pemerintah kolonial Belanda di Bali pada 1880-an. Kala itu, penyebaran Kristen sudah terjadi di wilayah Mengwi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut catatan sejarah GKPB Uwit Galang Ulun Uma yang diterima detikBali, penyebaran Kristen di Mengwi sudah dilakukan dengan pembaptisan terhadap umat pada 11 November 1932 di Tukad Yeh Poh. Mereka berasal dari wilayah Untal-Untal Dalung, Abianbase, dan Buduk.
Karena mereka memiliki saudara di Ulun Uma dan wilayah Cengkok, para umat ini melakukan pemberitaan Injil hingga ke Ulun Uma selama tujuh tahun. Singkat cerita, pembaptisan warga Ulun Uma dan Cengkok dilakukan dua gelombang pada 23 Januari 1938 di Jemaat Galang Ning Hyang Abianbase.
Tokoh jemaat GKPB Uwit Galang Ulun Uma, Ngurah Suparta menunjukkan beberapa dokumen lainnya. Di mana tercatat leluhur bernama Biang Siluh Samprig mendapat pemberitaan Injil oleh saudaranya dari Abianbase bernama I Nyoman Regig. Penginjilan itu dilakukan tiap pekan berulang-ulang.
Konon Biang Siluh kerap diintimidasi di lingkungan tempat tinggalnya setelah dibaptis di Abianbase kala itu. Namun lambat laun sudah ada 12 keluarga yang memilih memeluk Kristen di sana. Sejak itulah rumah ibadat mulai dibangun di atas tanah milik Made Muntab, warga Ulun Uma.
Namun pada 1945, gereja dibakar NICA. Pembangunan gereja dilakukan kembali, kali ini di atas tanah Biang Siluh setelah mendapat bantuan kayu dari umat di Blimbingsari, Jembrana. "Dari 12 KK, yang saat ini masih ada empat KK. Yang terkenal itu ada tiga tokoh, yakni Pekak Bayu, Pekak Regot, dan Pekak Rena," ujar pendeta Ahmen Mylthis Lumira.
Pendeta Ahmen menjelaskan, sekitar 89 jiwa bergabung dalam jemaat GKPB Uwit Galang Ulun Uma. Dalam perayaan Natal ini, pelaksanaan ibadat berjalan khidmat. Serangkaian kegiatan telah digelar, salah satunya peduli kasih bersama jemaat di Badung utara. Kemudian sebelumnya misa malam Natal, hingga perenungan tutup tahun.
"Kami berharap perayaan Natal tahun ini jadi momentum untuk berbuat baik pada semua orang. Kita semua bisa pulih bersama dan menatap masa depan dengan penuh harapan walaupun banyak tantangan," pungkas Pendeta Ahmen.
(irb/hsa)