Asia Tenggara menjadi tempat tinggal untuk banyak sekali muslim di dunia. Agama Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Penyebaran Islam di Asia Tenggara menurut Julispong Chularatana dalam (Rabbani, 2013, h. 72) seperti dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam tulisan Dr Solihah Titin Sumanti, penyebaran Islam di Asia Tenggara terbagi dalam dua jalur yakni jalur darat dan laut.
Sejumlah bukti yang mendasarkan peran efektif para pedagang dan pendakwah dari Arab dan Persia masuk ke Asia Tenggara lewat jalur laut menggunakan kapal-kapal dagang dan berniat menyebarkan Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan pada jalur darat, Islam disebarkan oleh para pedagang dan musafir dari India. Hal ini dibuktikan dengan adanya interaksi dan hubungan dagang yang dibangun.
Jalur masuknya Islam di Asia Tenggara melalui India dilacak dari anak benua India di tepi Sungai Sind dan pinggiran utara India yang jadi wilayah kekuasaan kaum muslim Afghanistan-Turki, kemudian dari Asia Tengah berlanjut menuju ke utara India.
Jalur Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia
Melalui buku Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Besar di Indonesia dari Abad XVII-XVIII M, Uka Tjandrasasmita seperti dikutip dari Sejarah Asia Tenggara oleh Mahasiswa/i Kelas B Reguler 2019 Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan mengungkap beberapa jalur perkembangan Islam di Asia Tenggara, yaitu:
1. Jalur Perdagangan
Pada permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui jalur perdagangan. Kesibukan lalu lintas dagang pada abad 7 hingga 16 membuat para pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara, dan timur Asia.
Islamisasi melalui perdagangan dinilai menguntungkan karena raja dan bangsawan ikut dalam perdagangan. Bahkan, mereka ikut jadi pemilik kapal dan saham.
Mereka pun mendirikan masjid dan mendatangkan mullah dari luar Nusantara, sehingga jumlahnya menjadi banyak. Oleh sebab itu anak-anak mereka menjadi orang kaya.
Di sebagian tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir utara Jawa banyak yang masuk Islam. Namun, bukan karena cuma faktor politik dalam negeri yang tengah goyah, melainkan karena hubungan ekonomi dengan para pedagang muslim. Mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2. Jalur Perkawinan
Para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dibandingkan kebanyakan pribumi.
Sebelum putri bangsawan dinikahkan dengan para saudagar, mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah memiliki keturunan, lingkungannya pun makin luas dan muncullah kampung-kampung atau daerah-daerah muslim.
Pada perkembangan berikutnya juga ada perempuan muslim yang dinikahi keturunan bangsawan, dengan masuk Islam terlebih dulu.
Jalur perkawinan dinilai lebih menguntungkan jika antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati. Pasalnya, raja dan adipati atau bangsawan ikut mempercepat proses Islamisasi.
Hal demikian terjadi antara Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila, kemudian Sunan Gunung Jati dengan Putri Kawunganten, Brawijaya dengan putri Campa yang punya keturunan Raden Patah (Raja Demak pertama).
3. Jalur Tasawuf
Para pengajar tasawuf atau para sufi ada yang menikahi para putri bangsawan setempat.
Para sufi itu mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang telah dikenal luas masyarakat Nusantara. Dengan tasawuf, maka Islam yang diajarkan memiliki keselarasan dengan pikiran mereka yang sebelumnya menganut Hindu.
Ahli tasawuf yang mengajarkan konsep demikian di antaranya Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa.
4. Jalur Pendidikan
Proses masuknya Islam turut dilakukan melalui jalur pendidikan, seperti pesantren misalnya. Di sana calon ulama, guru agama, dan kiai memperoleh pendidikan agama.
Kemudian, setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu untuk mengajarkan Islam.
Sebagai contoh, pesantren yang didirikan Raden Rahmat di Ampel Denta, Surabaya dan Sunan Giri di Giri. Keluaran dari pesantren-pesantren tersebut banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.
5. Jalur Kesenian
Jalur kesenian yang paling dikenal adalah pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga disebut sebagai tokoh yang paling mahir mementaskan wayang.
Sebagian besar cerita wayang juga masih diambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Namun, dalam cerita-cerita itu disisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam.
Kesenian lain pun turut dijadikan alat Islamisasi, misalnya sastra berupa hikayat, babad, dan lainnya, bahkan seni bangunan dan seni ukir.
6. Jalur Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya masuk Islam lebih dulu. Pengaruh politik raja sangat membantu penyebaran Islam di daerah-daerah tersebut.
Selain itu, di Sumatera, Jawa, atau Nusantara bagian timur, demi kepentingan politik kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam untuk masuk Islam.
(nah/nwk)