Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, masyarakat Banjar Adat Kebon, Desa Kertamandala, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali melaksanakan upacara keagamaan setiap 3 tahun sekali yang disebut Usaba Dangsil. Dangsil dalam hal ini adalah anyaman bambu dan kayu yang dibuat bertingkat dengan dihiasi jajanan dan juga beberapa hasil panen milik para petani.
Kelian Banjar Adat Kebon I Nengah Gunawan (49) mengatakan bahwa Usaba Dangsil dilaksanakan setiap 3 tahun sekali tepatnya Purnama Sasih Kelima. Nantinya Dangsil tersebut akan diarak keliling Banjar dengan menyusuri sungai, persawahan hingga kebun milik warga.
"Dengan mengelilingi persawahan, kebun dipercaya akan membawa kesuburan sehingga hasil panen para petani yang dilewati saat arak-arakan Dangsil nantinya akan semakin melimpah dan tanah juga akan menjadi lebih subur," kata Gunawan, Selasa (8/11/2022).
Gunawan mengatakan setiap 3 tahun sekali, dari Banjar Adat membuat 1 buah Dangsil wajib. Sedangkan sisanya merupakan persembahan dari masyarakat yang bayar kaul atau sesangi.
Karena mungkin apa yang diharapkan sudah tercapai, mungkin pernah sakit sekarang sudah sembuh, lulus PNS dan yang lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasti ada saja yang mempersembahkan Dangsil dari masyarakat yang bayar sesangi atau bayar kaul. Karena masyarakat di sini mungkin sebelumnya sempat bernazar jika sembuh dari sakit, atau jika lulus PNS dan yang lainnya maka ia akan mempersembahkan Dangsil saat Usaba," kata Gunawan.
Sebelum diarak keliling Banjar Adat Kebon, seluruh Dangsil tersebut terlebih dahulu dipelaspas atau diupacarai di depan Balai Banjar Kebon. Setelah itu baru diarak oleh seluruh masyarakat baik anak-anak, remaja bahkan orang tua.
Arak-arakan dimulai dari depan Balai Banjar Kebon, kemudian setelah sampai di perempatan Culik kemudian putar balik setelah bertemu dengan persawahan maka akan langsung turun dan arak-arakan dilanjutkan menyusuri persawahan, perkebunan bahkan aliran sungai.
"Jika saat arak-arakan ada tanaman jagung, padi bahkan yang lainnya rusak karena diinjak-injak, keesokan harinya kami percaya akan kembali tumbuh seperti semula bahkan nantinya menjadi lebih subur lagi, itu keajaibannya sehingga tradisi Usaba Dangsil ini sangat sakral," kata Gunawan.
Saat arak-arakan Dangsil tersebut, para pemundut atau yang mengarak Dangsil tersebut penuh dengan kegembiraan, bahkan sangat bersemangat, menerjang air sungai, sawah dan perkebunan warga yang tidak datar bahkan terlihat para perempuan juga ikut berbaur.
"Untuk ketinggian Dangsil tidak boleh lebih dari 9 meter dengan berat kurang lebih 100-200 kilogram. Tapi saat mengarak Dangsil tersebut masyarakat pasti merasakan enteng sehingga saat melewati beberapa rintangan di perjalanan bisa dilewati dengan mudah," kata Gunawan.
Untuk tahun ini, terdapat 7 buah Dangsil yang diarak, 1 dari Banjar Adat dan 6 persembahan dari masyarakat. Saat arak-arakan juga diiringi dengan gamelan baleganjur.
Sehingga semangat dari masyarakat semakin dipacu dengan suara dari gamelan yang membangkitkan semangat. Setelah arak-arakan tiba di Pura Puri Tengah, Banjar Adat Kebon maka kembali dilaksanakan upacara sembari melaksanakan persembahyangan bersama.
(nor/hsa)