Aktivitas pendakian ke Gunung Agung di Karangasem, Bali, kini diwajibkan memakai jasa pemandu lokal. Langkah tersebut diambil setelah maraknya insiden yang dialami wisatawan saat mendaki ke puncak gunung tertinggi di Pulau Dewata itu.
Pengurus pemandu pendakian jalur Pengubengan, I Komang Ada, mengatakan aturan pendakian tersebut sudah sesuai dengan kesepakatan bersama beberapa pihak terkait. Ia pun menyinggung insiden dua pendaki yang tersesat di Gunung Agung belum lama ini.
"Kami berkaca dari banyaknya kasus yang terjadi di Gunung Agung, terakhir ada dua orang pendaki yang tersesat karena melakukan pendakian melalui jalur Pengubengan secara mandiri. Sekarang kami wajibkan untuk menggunakan pemandu lokal jika ingin mendaki melalui jalur Pengubengan," kata Komang Ada, Kamis (9/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komang Ada menjelaskan wisatawan yang ingin melakukan pendakian dengan kemping dikenakan biaya Rp 800 ribu. Sedangkan, wisatawan yang ingin tektok atau naik dan langsung turun dikenakan biaya Rp 700 ribu.
"Biaya tersebut untuk 1-10 orang wisatawan dan satu orang pemandu lokal maksimal hanya boleh mengantar 10 orang wisatawan," ujar Komang Ada.
Komang Ada menerangkan biaya jasa pemandu lokal itu sudah berlaku sejak lama. Hanya saja, kewajiban untuk menggunakan jasa pemandu lokal baru diterapkan saat ini.
"Sekarang wajib memakai pemandu. Jika tidak mau, akan arahkan untuk naik menggunakan jalur lain," imbuhnya.
Komang Ada menegaskan akan ada petugas yang berjaga selama 24 jam di pos pendakian Gunung Agung via Pengubengan. Ia berharap tak ada lagi musibah yang menimpa wisatawan saat mendaki Gunung Agung.
Sebelumnya, dua pendaki yaitu Putu Diki Adi Warta (27) asal Badung dan Ridho Adi Yudistira (22) asal Tabanan dilaporkan tersesat di Gunung Agung pada Rabu (25/12/2024). Mereka awalnya mendaki ke Gunung Agung bersama tiga orang lainnya pada Selasa (24/12/2024) sore. Namun, rombongan pendaki itu terpisah pada ketinggian kurang lebih 2.800 mdpl.
Setelah serangkaian pencarian, Diki dan Ridho akhirnya ditemukan selamat. Selama terpisah dari rombongan dan tersesat di Gunung Agung, mereka bertahan hidup dengan bekal roti dan air mineral.
(iws/iws)