![]() |
Tarian ini merupakan tari elaborasi atau perpaduan tari tradisional dan gerakan tarian modern (kontemporer). Menurut pencipta Tari Kahawa Ndai, Dea Zuhriah Ramdani, tarian ini terinspirasi dari budaya masyarakat Tambora yang kesehariannya hidup dengan bertani kopi di kaki gunung Tambora.
"Tarian ini terinspirasi dari kearifan lokal Dompu yang menembus dunia, khususnya di lereng Gunung Tambora, yakni petani kopi," ujar Dea pada detikBali.
Dea menjelaskan, Tari Kahawa Ndai dalam bahasa Indonesia adalah Tari Kopi Kita, menceritakan tentang kisah petani kopi Tambora yang mulai dari proses pemetikan biji kopi hingga penyeduhan kopi. "Tarian ini menceritakan tentang proses pengolahan kopi dari mulai memetik kopi, penjemuran, menyangrai, sehingga penyeduhan kopi," jelasnya.
![]() |
Tari Kahawa Ndai tergolong jenis tarian yang baru muncul atau baru diciptakan, bahkan pertama kali ditarikan penari dari Sanggar Toho Pahu SMA Negeri 1 Dompu. Tarian ini dapat dilakukan semua kalangan dengan jumlah penari sebanyak tiga orang.
"Ada perpaduan di dalamnya, jadi tari ini tidak hanya tarian tradisi yang diangkat, tapi ini adalah tari kreasi. Tari daerah yang dikreasikan. Jadi ada satu petani wanita, dua petani laki-laki," tutur Dea.
Dalam penampilannya, para penari dibalut dengan pakaian adat Dompu warna hitam keemasan. Mereka lengkap dengan alat untuk memetik dan menampung kopi, alat menjemur kopi hingga alat untuk menyangrai kopi yang terbuat dari tanah liat.
(irb/irb)