Mengenal Bungbung Kepyak Jembrana yang Diklaim Satu-satunya di Bali

Pesta Kesenian Bali 2022

Mengenal Bungbung Kepyak Jembrana yang Diklaim Satu-satunya di Bali

Tim detikBali - detikBali
Sabtu, 09 Jul 2022 14:40 WIB
Sekaa Bungbung Kepyak Duta Seni Kabupaten Jembrana tampil menghibur di panggung Pesta Kesenian Bali (PKB), Jumat (8/7/2022).
Sekaa Bungbung Kepyak Duta Seni Kabupaten Jembrana tampil menghibur di panggung Pesta Kesenian Bali (PKB), Jumat (8/7/2022). (Foto: Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)
Denpasar -

Keberadaan kesenian bungbung kepyak di Banjar Kerta Jaya Pendem, Jembrana, diklaim sebagai satu-satunya model bungbung kepyak di Bali. Bungbung kepyak itu memiliki keunikan dibanding kesenian bungbung pada umumnya, meski sama-sama untuk mengiringi tari jejogedan.

"Kalau awal jejogedan muncul di Yeh Kuning, Negara, sekitar tahun 1935, kemudian hijrah dari Yeh Kuning ke Desa Pendem tahun 1986, hingga sekarang masih kita lestarikan," kata Bendesa Adat Kerta Jaya Desa Pendem, I Nengah Candra, di sela-sela pementasan Pesta Kesenian Bali (PKB), Jumat (8/7/2022).

Dilansir dari laman Pemerintah Kabupaten Jembrana, gamelan bungbung kepyek memang sama-sama menggunakan bambu. Namun, ada tambahan instrumen yang lain dari biasanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Barungan bungbung kepyak dilengkapi instrument pelengkap berupa dua bilah bambu beralaskan kayu yang dipegang oleh setiap penabuhnya.Dua bilah daun bambu mirip daun gambelan tersebut dimainkan dengan cara menumbuk-numbukkan di alas kayu dan membenturkan kedua bilah tersebut sehingga menciptakan nada yang halus.

Tak hanya itu, pada bagian belakang terdapat tambahan instrumen berupa dua bambu utuh berkuran besar dan kecil. Kedua bambu ini berfungsi sebagai nada bas lantaran tumbukan bambunya memunculkan suara besar.

ADVERTISEMENT

Candra menjelaskan, penampilan Sekaa Bungbung Kepyak Duta Seni Kabupaten Jembrana di ajang PKB 2022, sepenuhnya menyajikan pergelaran Joged Bungbung Kepyak yang tradisi. Simbol-simbol tradisinya bisa dilihat dari pemasangan obor, kemudian barungan bambu lengkap tanpa menggunakan gong, kendang dan cengceng.

"Kenapa obor, karena dulu belum ada listrik, sekarang kita simbolkan saja. Begitu pula kepyak yang artinya pengganti cengceng, dulu nggak ada cengceng, jadi bambu kepyak ini pegantinya," jelasnya dikutip dari laman Disbud Bali.

Barungan Bungbung Kepyak, kata Jro Bendesa, biasanya ditampilkan saat upacara di Pura Tri Kahyangan Desa, selain itu jejogedan ini disajikan saat ada upacara Yadnya. "Tidak jarang jejogedan kami diupah tampil ke luar desa," imbuhnya.

Ia menyebut, antusias pemuda di Desa Pendem luar biasa. Mereka semangat membangkitkan dan mempelajari warisan bungbung kepyak hingga kini.

"Anak-anak muda kami telah bangkit, mereka sangat antusias melestarikan tradisi yang diwarisi, spesial hari ini hanya ada dua penabuh yang cukup tua, sisanya kalangan milenial, berjumlah 35 orang," tandasnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads