Gamelan Bali mendunia. Setidaknya ada 500 perangkat Gamelan Bali yang tersebar di Amerika Serikat. Tak hanya itu, lebih dari 100 lainnya tersebar di sejumlah negara di Eropa. Ada yang di Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, termasuk juga Jepang, Australia, dan kawasan Asia Tenggara.
Hal itu terungkap dalam Dialog Budaya bertajuk "Balinese Gamelan on Global Stage" yang digelar secara daring dari Kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali, Jumat (24/6/2022).
"Ada beberapa keunikan yang dimiliki gamelan kita, dari suaranya, dari larasnya, dari teknik permainan juga, ngumbang ngisep, laki perempuan, semuanya terangkum dalam kebudayaan Bali di dalam gamelan," kata budayawan asal Bali, Prof I Made Bandem yang didaulat sebagai salah satu pembicara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prof Bandem menjabarkan sejumlah ciri khas Gamelan Bali dibanding instrumen musik lainnya. Dari sisi material, gamelan utama seperti gong gede atau gong kebyar dibuat dari bahan perunggu dengan campuran timah putih dan tembaga. Perpaduan material itulah yang menghasilkan bebunyian yang unik saat gamelan dimainkan.
Jejak popularitas gamelan BalI di dunia sudah terlacak sejak tahun 1928. Ketika itu, sudah ada rekaman-rekaman piringan hitam yang berisi suara gamelan-gamelan Bali. Termasuk kesenian Janger, Gambuh, Kekawin, dan lain-lainnya yang direkam oleh perusahaan rekaman asal Jerman, Odeon dan Beka.
Sejak itulah gamelan Bali makin populer di luar negeri. Bahkan, salah satu pameran terbesar di Prancis pada tahun 1931, Gamelan Bali turut mempengaruhi perkembangan musik dan teater Barat. Popularitas Gamelan Bali berlanjut melalui misi-misi kebudayaan pasca-Indonesia merdeka. Tahun 1952 misalnya, Sekaa Gong Peliatan, Ubud pentas Gamelan Bali di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
"Pada tahun 1986 bahkan sudah ada perumusan mengenai gamelan Bali di luar negeri. Gamelan Bali menjadi fokus pembahasan pada perhelatan First International Gamelan Festival di Vancouver Kanada," imbuh Prof Bandem.
Tak hanya itu, Prof Bandem mengungkap saat ini Gamelan Bali bahkan sudah masuk kurikulum pendidikan tinggi di sejumlah kampus di Amerika Serikat. Terlebih dengan dibukanya studi musikologi, Gamelan Bali akhirnya dipelajari oleh orang-orang di luar negeri.
Prof Bandem pun menyarankan pemerintah turut mengambil peran untuk mengirimkan guru maupun grup kesenian untuk membina warga asing yang tertarik belajar Gamelan Bali.
"Mereka harus tahu filosofi gamelan Bali, harus tahu gamelan Bali, harus tahu keindahannya. Hal ini juga sebagai bagian dari visi menjadikan Bali sebagai pusat kebudayaan dunia," kata Prof Bandem.
Selain Prof Bandem, Dialog "Balinese Gamelan on Global Stage" sebagai salah satu rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) Tahun 2022 juga menghadirkan dua pembicara lainnya yang telah memiliki reputasi internasional, yakni Jody Diamond (Amerika Serikat), Prof Dr Shin Nakagawa (Jepang).
Sementara itu, Jody Diamond membeberkan bahwa orang asing yang belajar Gamelan Bali selalu berharap bisa memainkan Gamelan Bali seperti orang di Bali memainkannya. Pria yang pertama kali menjejakkan kaki di Pulau Dewata pada tahun 1961 itu menyebut, saat ini orang asing berpikir untuk mengombinasikan Gamelan Bali dengan konsep musik yang elah mereka miliki.
(iws/iws)