Berkembang Usaha Dupa karena KUR

Badung

Berkembang Usaha Dupa karena KUR

Gangsar Parikesit - detikBali
Sabtu, 23 Agu 2025 06:00 WIB
Produsen dupa dari Badung, Ni Nyoman Yulianingsih, beberapa waktu lalu. Usaha dupa Yulianingsih berkembang dengan KUR.
Produsen dupa dari Badung, Ni Nyoman Yulianingsih, beberapa waktu lalu. Usaha dupa Yulianingsih berkembang dengan KUR. Foto: dok. BRI Region 17/ Denpasar
Badung -

Hidup Ni Nyoman Yulianingsih berubah. Mulanya, ia mencoba usaha dengan menjadi reseller dupa sejak 2018 dan dua tahun kemudian dia menjadi produsen dupa.

Perubahan nasib itu terjadi karena Yulianingsih mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). "Karena penjualan saya cukup maju, BRI menawarkan saya pinjaman KUR Rp 150 juta," ujarnya melalui siaran pers BRI Rabu (20/8/2025).

Yulianingsih mulanya menggunakan pinjaman tersebut untuk membantu reseller dupa yang lebih kecil dengan memberikan modal barang. Di perjalanan, karena merasa telah memiliki jaringan penjualan cukup luas, akhirnya dia memutuskan menggunakan pinjaman KUR itu untuk memproduksi dupa sendiri pada 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yulianingsih membuat dupa di Banjar Pemaron Delodan, Gang Angsoka, Nomor 5, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali. Kini sehari, ia bisa memproduksi 1.500 buah dupa.

ADVERTISEMENT

Adapun, penjualan dupa dilakukan secara online, lewat reseller dan penjualan konsinyasi di puluhan toko. Area penjualannya mencakup Bedugul, Nusa Dua, Tabanan, Lampung, Lombok, Sulawesi, hingga Kalimantan.

Yulianingsih sangat terbantu dengan KUR dari BRI untuk memperbesar usaha dupanya. "Bahkan dari awalnya menggunakan mobil pribadi untuk mengirim barang, akhirnya sekarang kami punya satu armada khusus untuk pengiriman dan operasional usaha," tuturnya.

Usaha dupa Yulianingsih juga telah memberi penghidupan terhadap banyak orang. Ia kini mempekerjakan empat orang. "Sebelumnya saya belum ada pegawai," ujarnya.

Menurut Yulianingsih, menjadi wirausaha modalnya hanya fokus dan konsisten. Ia berusaha konsisten agar tetap ada pemasukan dan penjualan setiap harinya demi melunasi utangnya. Pendapatan dari produksi dupa juga diatur ketat agar tidak bercampur dengan keuangan pribadi.

"Saat ada pinjaman, saya berusaha menggunakannya dengan ketat, setiap penjualan yang didapat, saya putar kembali menjadi produksi, operasional usaha, dan kewajiban membayar kredit. Sedangkan keuntungan yang didapat digunakan dulu untuk mengembangkan usaha," ungkap Yulianingsih.

Regional CEO BRI Region 17 Denpasar Hery Noercahya menyampaikan tujuan program KUR untuk membantu pelaku usaha mengembangkan usahanya dan bisa naik kelas. Bank pelat merah tersebut ingin turut menumbuhkan pelaku usaha di Bali dan Nusa Tenggara agar semakin banyak yang menjadi wirausaha.

"Semakin banyak wirausaha maka akan tercipta kemandirian ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," imbuh Hery.




(gsp/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads