Pabrik yang dibangun PT Bhakti Alam Indonesia Timur di Desa Sillu, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), bakal mengekspor konsentrat batu mangan masing-masing sebanyak 300 ton per bulan ke Taiwan dan Vietnam. Hal itu diungkapkan Direktur Development Usaha dan Sumber Daya Manusia (SDM) PT Bhakti Alam Indonesia Timur, Puji Setiawan Dipraja.
"Sebetulnya, dari Vietnam meminta minimal 2.000 ton per/bulan, sedangkan Taiwan 5.000 ton/perbulannya. Namun, kami memilih untuk realistis dan memulai dengan 300 ton dahulu sambil melihat kondisi di lapangan," ujar Puji seusai groundbreaking pabrik tersebut, Jumat (8/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Groundbreaking pabrik batu mangan dilakukan oleh Bupati Kupang, Yosef Lede. Pembangunan pabrik bantu mangan oleh PT Bhakti Alam Indonesia Timur direncanakan rampung dalam delapan bulan.
Fuji menegaskan perusahaan akan terus berupaya untuk mengeksplorasi potensi mangan di Kabupaten Kupang secara baik dan ramah lingkungan. "Salah satu caranya adalah dengan mendorong pengembangan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) yang dikelola oleh masyarakat desa dan diawasi oleh Koperasi Merah Putih," terangnya.
Menurut Fuji, PT Bhakti Alam Indonesia Timur memang akan berkolaborasi dengan program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih besutan Presiden Prabowo Subianto. Kerja sama juga dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kupang. Tujuannya agar daerah ini tidak hanya menjadi daerah terdampak pertambangan, tetapi juga mendapatkan kontribusi ekonomi yang signifikan.
"Salah satu caranya adalah dengan menjalin kerja sama antara Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan Koperasi Merah Putih tersebut," jelas Fuji.
Direktur Utama PT Bhakti Alam Indonesia Timur, Yusuf Merukh, mengatakan pabrik perusahaannya menempati lahan seluas 3,5 hektare (Ha) dengan luas bangunan sekitar 8.000 meter persegi. Pabrik diperkirakan akan membutuhkan material mencapai 1.000 ton untuk dapat menghasilkan sekitar 500 ton konsentrat mangan.
Yusuf mengungkapkan proses produksi di pabrik ini sebagian besar mekanikal tanpa peleburan. Pabrik juga akan menjadi penghubung bagi masyarakat sekitar untuk menyuplai bahan baku mangan.
"Harapan kami, dengan membangun tempat pengumpulan bahan baku ini, kami dapat memberdayakan masyarakat yang akan bekerja di pabrik dan juga yang tergabung dalam koperasi-koperasi desa," terang Yusuf.
(iws/iws)