Bank Indonesia (BI) Perwakilan Nusa Tenggara Barat (NTB) menyoroti maraknya penipuan via QRIS palsu yang mulai meresahkan masyarakat. Apalagi, modus penipuan kali ini kian canggih. Dengan sekali pindai, isi rekening bisa melayang.
Seperti diketahui, modus penipuan QRIS yang marak terjadi belakangan ini menggunakan kode QRIS yang sangat mirip dengan kode QRIS asli milik pedagang. Dari bentuk, hingga tampilan QRIS-nya sangat meyakinkan.
Kepala Bank Indonesia (BI) NTB Berry Arifsyah menjelaskan secara aplikasi dan teknologi, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) sudah sangat aman dan punya tingkat keamanan yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"QRIS ini jelas secara keamanan, secara aplikasi, secara teknologi, itu sudah aman, bahkan punya keamanan yang tinggi. Jadi, kalau kita perhatikan sebenarnya transaksi QRIS yang bermasalah itu lebih banyak terkait sama user-nya," kata Berry, Kamis (10/7/2025).
Berry menuturkan pelaku penipuan QRIS palsu acap kali beraksi pada waktu-waktu tertentu. Khususnya, saat korban sedang tidak fokus atau perhatiannya terpecah.
"Kalau misalnya ada interupsi, yang interupsi ini sering menyebabkan misalnya salah," jelas Berry.
Biasanya, dia berujar, iming-iming hadiah jadi daya tarik masyarakat sehingga mudah terpancing bujukan pelaku. Sehingga, korban justru tanpa sadar mendepositkan uang ke rekening penipu.
Guna mencegah aksi penipuan ini, peningkatan kesadaran atau awareness pengguna jadi kunci utama menurut Berry. Maraknya peredaran QRIS palsu ini perlu ditanggulangi bersama, baik produsen dan konsumen.
Berry mengimbau khususnya pada produsen atau pedagang wajib mengawasi proses transaksi pembelian melalui QRIS. Baik itu transaksi melalui EDC maupun QRIS.
"Pastikan notifikasi penerimaan telah mereka terima setelah transaksi terjadi," ucap Berry.
Sementara itu, Berry juga mengingatkan para konsumen atau pembeli, untuk mengawas diri. Sebelum melakukan transaksi QRIS, ada baiknya mengamati kode QRIS, apakah identitas serupa dengan nama merchant.
"Namanya harus benar, jangan namanya yayasan apa, tetapi malah muncul toko onderdil. Tidak pas," pungkasnya.
(hsa/hsa)