Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara tujuan utama produk-produk ekspor Bali. Namun, pada Februari 2025 nilai ekspor menurun 8,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month). Hal ini sesuai dengan tren penurunan tahun sebelumnya pada periode bulan yang sama.
"Kalau kami lihat kecenderungannya seperti itu. Bisa jadi karena permintaan dan segala macam. Tapi, bukan karena tarif (Presiden Amerika Serikat Donald Trump) itu, kan tarifnya belum," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan dalam rilis di kantornya, Selasa (8/4/2025).
Agus menjelaskan pemerintah pusat saat ini tengah berusaha mengambil langkah-langkah antisipasi kebijakan tarif Trump tersebut. Dia berharap pemerintah bisa bernegosiasi sehingga tarif impor AS atas produk Indonesia tidak terlalu besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Agus, tarif impor yang ditetapkan Trump sebesar 32 persen untuk produk Indonesia akan berpengaruh terhadap harga produk yang kian mahal. Praktis, daya saing Bali akan menurun. Padahal, selama ini Amerika Serikat selalu menjadi pasar ekspor terbesar Bali.
Salah satu antisipasi yang perlu dilakukan eksportir adalah menjajaki pasar lain di luar AS. Agus menilai Bali harus punya beberapa alternatif pasar di luar Negeri Paman Sam.
"Sebenarnya nggak ada kasus ini pun perluasan pasar kan menjadi hal penting sebagai salah satu pemicu peningkatan produksi maupun nilai tambah. Jadi, kalau pasarnya makin luas tentu ekonominya akan mungkin berkembang," kata dia.
BPS mencatat total ekspor barang Provinsi Bali pada Februari 2025 mencapai US$ 52,22 juta. Agus membeberkan secara bulan ke bulan atau Februari 2025 dibandingkan Januari 2025, ekspor barang Bali naik 6,66 persen. Sementara, secara tahun ke tahun atau Februari 2025 dibandingkan Februari 2024 naik sebesar 5,56 persen.
"Dari lima besar negara tujuan ekspor Bali, Amerika Serikat tampak masih mendominasi dengan nilai ekspor US$ 15,48 juta, Tiongkok US$ 8,17 juta, Australia US$ 4,50 juta, Prancis US$ 2,19 juta, dan Jepang US$ 1,63 juta," urai Agus memerinci.
Lima besar komoditas ekspor Provinsi Bali pada Februari 2025 adalah ikan, krusitasea, dan moluska sebesar US$ 14,64 juta, lalu pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) senilai US$ 5,85 juta. Kemudian, logam mulia dan perhiasan permata US$ 5,23 juta USD, lalu, kertas, karton, dan barang dari kertas dan karton senilai US$ 3,78 juta. Selanjutnya, ada perabotan, lampu, dan alat penerangan senilai US$ 3,11 juta.
BPS Bali juga mencatat impor barang Provinsi Bali di Februari 2025 mencapai US$ 9,95 juta. Angka ini tercatat mengalami penurunan 49,6 persen secara tahun ke tahun.
"Sementara secara bulan ke bulan atau Februari 2025 dibandingkan Januari 2025 terjadi penurunan sebesar 4,78 persen," tandas Agus.
(hsa/hsa)