Inflasi Bali Awal 2025 Terkendali, BI Wanti-wanti Kenaikan Harga Pangan

Inflasi Bali Awal 2025 Terkendali, BI Wanti-wanti Kenaikan Harga Pangan

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Rabu, 05 Feb 2025 11:57 WIB
Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja saat dijumpai detikBali di kantornya, Senin (16/12/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Foto: Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja saat dijumpai detikBali di kantornya, Senin (16/12/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar -

Inflasi Bali pada awal 2025 diklaim terkendali. Secara tahunan, inflasi Bali meningkat menjadi 2,41 persen dari 2,34 persen pada Desember 2024. Namun angka itu tetap berada dalam rentang sasaran inflasi 2,5Β±1 persen.

"Meskipun inflasi secara umum cukup terkendali, tapi bahan pangan tercatat mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Sehingga perlu mendapatkan perhatian," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja dalam siaran pers yang diterima detikBali, Rabu (5/2/2025).

Untuk itu, Erwin meminta ke depan diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui kolaborasi dan inovasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Upaya tersebut diperlukan terutama untuk memitigasi kenaikan harga bahan pangan di tengah cuaca ekstrem yang menjadi tantangan bagi produktivitas pertanian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara spasial, Singaraja mengalami deflasi bulanan terdalam, yakni -0,53 persen secara bulan ke bulan (mtm) atau inflasi tahunan 1,61 persen secara tahun ke tahun (yoy). Diikuti Denpasar dengan deflasi sebesar -0,27 persen secara mtm atau inflasi tahunan 2,49 persen secara yoy.

Sementara Tabanan mengalami inflasi bulanan tertinggi 0,48 persen secara mtm, atau inflasi tahunan 3,00 persen secara yoy. Diikuti Badung dengan inflasi bulanan 0,47 persen secara bulan ke bulan atau inflasi tahunan 2,47 persen secara yoy.

ADVERTISEMENT

"Deflasi yang terjadi di Bali terutama disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Sementara kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih mengalami inflasi," ucap Erwin.

Berdasarkan komoditasnya, Erwin melanjutkan, deflasi Januari 2025 terutama bersumber dari penurunan tarif listrik seiring dengan pemberian potongan tarif 50 persen untuk penggunaan listrik dengan daya

Sementara itu, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga komoditas pangan. Seperti cabai rawit, cabai merah, kangkung, sawi hijau, dan minyak goreng. Kenaikan tersebut disebabkan oleh musim hujan yang menurunkan hasil panen dan menghambat distribusi.

"Ke depan, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai. Seperti gangguan cuaca yang berpotensi menyebabkan penyakit ternak, tanaman serta menghambat distribusi pangan," sebut Erwin.

Tak hanya itu, kenaikan harga bensin nonsubsidi berpotensi mendorong kenaikan tarif angkutan darat. Harga minyak goreng, dan emas perhiasan juga berpotensi meningkat seiring dengan kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO), dan emas global.

Dia juga menilai kebijakan distribusi LPG 3 kg perlu diantisipasi lebih lanjut untuk memitigasi kenaikan harga di tingkat konsumen. Serta permintaan canang sari diperkirakan meningkat untuk perayaan Saraswati, Banyu Pinaruh, Pagerwesi, dan Tumpak Landep yang berlangsung pada Februari 2025.

Menurutnya, untuk memitigasi risiko inflasi ke depan, sejalan dengan hasil rapat koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan TPID di wilayah Balinusra pada November 2024, pihaknya mengajak seluruh TPID untuk bersama-sama menjaga stabilitas harga melalui peningkatan produktivitas pertanian serta efisiensi rantai pasok.

Erwin mengatakan peningkatan produktivitas pertanian dapat ditingkatkan melalui penguatan implementasi regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan, mitigasi alih fungsi lahan, penguatan akses petani, nelayan, dan peternak kepada input produksi.

"Disertai pendampingan, dan penguatan akses pembiayaan dengan mengoptimalkan sinergi Pemda, perbankan, Jamkrida," ungkap Erwin.

Kemudian, efisiensi rantai pasok dapat ditingkatkan dengan mendorong penciptaan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan bumdes, perumda pangan, dan koperasi. Serta kerja sama hulu hilir antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan horeka (hotel, restoran, dan kafe).

Di mana, disertai dengan penguatan implementasi regulasi optimalisasi penggunaan produk lokal oleh horeka di daerah. Dia menjelaskan pihaknya juga terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama seluruh kabupaten kota di Bali mengimplementasikan strategi 4K pengendalian inflasi.

Yakni, keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif. Melalui penguatan implementasi kebijakan 4K, pihaknya meyakini inflasi Bali pada 2025 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5 Β±1 persen.




(nor/nor)

Hide Ads