Ekonomi Bali Masih Tergantung Konsumsi dan Investasi

Ekonomi Bali Masih Tergantung Konsumsi dan Investasi

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Selasa, 14 Jan 2025 12:03 WIB
Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja dalam acara di kantornya, Selasa (14/1/2025).
Foto: Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja dalam acara di kantornya, Selasa (14/1/2025). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar -

Bank Indonesia (BI) mendorong masuknya investor ke Bali untuk memacu pertumbuhan ekonomi Bali. Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja menilai perekonomian di Bali sangat bergantung pada tingkat konsumsi dan investasi. Bahkan, tingkat konsumsi berkontribusi lebih dari 50 persen.

"Investasi berkontribusi 27,5 persen, sedangkan konsumsi berkontribusi sebesar 53,10 persen (dalam perekonomian Bali). Sehingga, memang diperlukan upaya-upaya untuk mem-boosting investasi, dan juga konsumsi ekonomi di Bali," kata Erwin di kantornya, Selasa (14/1/2025).

Menurut Erwin, diperlukan sebuah pendekatan strategis untuk merangsang investasi, konsumsi, serta penguasaan tiga sektor utama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antaranya, pertanian infrastruktur untuk memperkuat konektivitas wilayah, pembangunan ekonomi kreatif yang berbasis budaya, dan pemberdayaan masyarakat. Erwin menilai ketiga sektor ini telah menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi di Bali selama ini.

"Untuk mendorong pembangunan sektor-sektor di seluruh dunia, memerlukan investasi, dan juga pembiayaan. Serta, dukungan regulasi, dan juga iklim investasi yang sangat bagus," urai dia.

Erwin mengungkapkan 92 persen investasi di Bali masih berfokus pada sektor tersier atau jasa pariwisata. BI berharap ke depan Pemprov Bali dapat melakukan upaya-upaya agar investasi juga dapat banyak dilakukan di sektor primer dan sekunder.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra mengungkapkan hingga kini perekonomian Bali sangat bergantung pada pariwisata. Selain itu, dia menyebut masalah utama yang dihadapi Bali saat ini adalah ketimpangan.

Pertama, ketimpangan antara sektor pariwisata yang mendominasi dibandingkan sektor lainnya. Kedua, ketimpangan antarwilayah.

"(Di Bali) selatan ini pembangunannya luar biasa masif, ekonomi pariwisatanya itu kami akui dan ini pemerintah sudah mencoba menjawab kemarin di 2018 RPJMD kami buat transformasi ekonomi Bali yang diresmikan oleh Presiden. Itu maksudnya supaya kami mendorong tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru di luar Selatan," jelasnya.

Wiasthana membeberkan berbagai upaya untuk menumbuhkan perekonomian di luar Bali selatan. Di antaranya, dengan membangun shortcut di Nusa Penida hingga pelabuhan-pelabuhan rakyat seperti di Denpasar.

"Pembangunan ini maksudnya supaya ekonomi tumbuh di sana, dan tidak semua bergeser ke Bali selatan," sebutnya.

Bappeda, Wiasthana berujar, tengah berupaya mengoptimalkan pemerataan ekonomi di seluruh Bali. Namun, keterbatasan anggaran menjadi ganjalan. Menurutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seluruh Bali hanya Rp 30 triliun. Angka tersebut jauh dibandingkan dengan daerah di Jawa yang berkisar Rp 30 triliun sampai Rp 60 triliun.

"Kami juga melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat terkait upaya pemerataan perekonomian dan pembangunan di Bali," tandasnya.




(hsa/gsp)

Hide Ads