Laju pergerakan harga di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami inflasi sebesar 0,46 persen pada Desember 2024. Kenaikan harga bawang merah dan daging ayam menjadi pemicu inflasi di sana.
"Ada lima komoditas yang memberikan andil terhadap inflasi NTB, yaitu ikan layang sebesar 0,09 persen, bawang merah 0,06 persen, cumi-cumi 0,06 persen, cabai merah 0,06 persen, dan daging ayam ras 0,04 persen," ujar Kepala BPS NTB Wahyudin di Mataram, Kamis (2/1/2025).
Wahyudin menjelaskan terdapat 11 kelompok pengeluaran yang berkontribusi terhadap inflasi Desember 2024. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat kenaikan tertinggi sebesar 1,34 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Daftar Tarif Listrik Mulai Januari 2025 |
Disusul kelompok pakaian dan alas kaki 0,02 persen, perumahan, air, dan listrik 0,01 persen, perlengkapan dan peralatan rumah tangga 0,01 persen, serta kesehatan 0,09 persen.
Kelompok lainnya adalah transportasi dengan penurunan (deflasi) sebesar 0,45 persen, informasi dan komunikasi 0,02 persen, rekreasi 0,10 persen, pendidikan 0 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,05 persen, serta perawatan pribadi 0,22 persen.
Dari sisi wilayah cakupan Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumbawa sebesar 0,62 persen dengan IHK 107,01 poin. Kota Mataram mencatat inflasi sebesar 0,37 persen dengan IHK 107 poin, disusul Kota Bima 0,32 persen dengan IHK 107,23 poin.
"Ada lima komoditas penyumbang inflasi pada Desember 2024 di wilayah IHK, yakni daging ayam ras, cabai merah, bawang merah, telur ayam ras, dan tomat. Dari kelima komoditas tersebut, bawang merah menjadi penyumbang dominan di tiga wilayah IHK ini pada Desember 2024," jelas Wahyudin.
Lebih lanjut, Wahyudin memaparkan bahwa inflasi NTB selama 10 tahun terakhir cenderung tinggi pada periode Ramadan hingga Idulfitri, serta saat perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
"Di luar periode terdampak pandemi (2020 dan 2021), inflasi tahun 2024 merupakan yang terendah dalam 10 tahun terakhir," tutupnya.
(dpw/dpw)