Pelni Sebut Indonesia Masih Butuh 75 Kapal Penumpang

Pelni Sebut Indonesia Masih Butuh 75 Kapal Penumpang

Yufengki Bria - detikBali
Selasa, 17 Des 2024 22:10 WIB
KM Awu milik PT Pelni saat lego jangkar di Pelabuhan Tenau, Kupang, NTT, Senin (16/12/2024). (Foto:Β Yufengki Bria/detikBali)
KM Awu milik PT Pelni saat lego jangkar di Pelabuhan Tenau, Kupang, NTT, Senin (16/12/2024). (Foto:Β Yufengki Bria/detikBali)
Kupang -

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Pelni (Persero), Anik Hidayati, mengungkapkan Indonesia masih membutuhkan 75 kapal untuk melayani penumpang di sejumlah pulau yang belum dijangkau. Harga kapal tersebut mencapai triliunan rupiah.

"Pada 2023 itu kebutuhan keseluruhannya sekitar 370-an kapal. Sementara yang dilihat, tentunya tidak harus PT Pelni, tapi semua pihak. Tapi idealnya yang dibutuhkan di seluruh Indonesia sekarang adalah 75 kapal," ujar Anik saat meninjau pelayaran kapal Pelni di Dermaga 1 Kalabahi, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (17/12/2024).

Anik menjelaskan pangsa pasar Pelni baru dapat melayani 28-30 persen penumpang di sejumlah pulau di Indonesia. Bila pangsa pasar itu terus dipertahankan dengan kebutuhan kapal yang bertambah jadi 75 unit, ia optimistis bisa mendapat frekuensi kapal yang melayani pulau-pulau yang belum dilalui kapal milik perusahaan negara tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini di wilayah-wilayah tertentu misalkan Kabupaten Alor, hanya disinggahi kapal Pelni dua kali dalam sepekan. Kalau jumlah kapal kami mencukupi, itu bisa terpenuhi kebutuhan pelayanan masyarakat," jelas Anik.

Anik menerangkan Pelni sedang melakukan riset bersama Pusat Studi Transportasi Laut Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menganalisis kebutuhan kapal di Indonesia. Sebab, di Indonesia memiliki 17 ribu lebih pulau.

ADVERTISEMENT

"Kami sekarang lagi mendalami studi tersebut untuk melihat wilayah mana saja yang cocok dengan tipe kapal yang akan diadakan. Kenapa demikian karena Indonesia memiliki pelabuhan dengan berbagai macam kondisi perairannya," terang Anik.

Menurut Anik, wilayah seperti Kalimantan, kondisi perairannya dangkal dan pasang surut. Kemudian untuk wilayah bagian timur Indonesia memang kondisi perairannya lebih dalam, tetapi tidak dilengkapi dermaga-dermaga yang sesuai.

"Sehingga kalau pemerintah membeli kapal yang tidak sesuai dengan kebutuhan, maka bisa salah. Misalnya kapal kami itu yang paling kecil panjangnya 120 meter. Karena itu dermaganya harus dua kali lipat begitu," beber Anik.

"Begitu juga kalau dermaga yang disinggahi cuma 100 meter, maka kami harus menyiapkan kapal yang lebih kecil. Sehingga studi tersebut sedang kami kaji untuk menyiapkan jenis kapal yang sesuai ke depan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat," pungkas Anik.

Sebelumnya, Anik menyebut Pelni berencana membeli tiga kapal untuk melayani penumpang di sejumlah perairan di Indonesia. Tiga kapal itu dibeli seharga Rp 4,5 triliun.

"Kami rapat terakhir kemarin untuk harmonisasi Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun anggaran (TA) 2024, alokasi untuk Pelni itu Rp 1,5 triliun untuk uang muka pembelian tiga kapal penumpang," dia.

Anik meminta dukungan dari semua pihak agar pada 31 Desember 2024 ini pemerintah dapat mencairkan anggaran. Sebab, pengajuannya sudah berlangsung selama dua tahun.




(iws/iws)

Hide Ads