Penumpang KM Awu naik dua kali lipat menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kapal dengan tujuan akhir Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), tersebut mengangkut 829 penumpang pada pelayaran saat itu.
Jenang 1 KM Awu, Nugroho Adi Yulianto, menuturkan biasanya jumlah penumpang kapal itu rerata 300-400 orang. "Ini pengaruh libur Nataru, makanya peningkatan penumpang sangat signifikan, naik 100 persen," tuturnya, Senin (16/12/2024) malam.
Sebagai informasi, rute pelayaran KM Awu dimulai dari Kumai, Kalimantan Tengah; Surabaya, Jawa Timur; Benoa, Bali; Bima, Nusa Tenggara Barat; Waingapu; Ende; Kupang; hingga Alor, NTT. KM Awu singgah di Alor dua pekan pekan sekali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KM Awu, Nugroho mengeklaim, sudah dilengkapi standar keamanan pangan seperti sertifikat Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) yang berlaku sejak pertengahan 2024. Selain itu, tiga kapal lainnya seperti KM Bukit Siguntang, KM Dorolonda, dan KM Kelud juga mengantongi sertifikat HACCP.
"Jadi HACCP itu bertujuan untuk memastikan keamanan pangan, mengidentifikasi risiko bahaya yang mungkin terjadi, mengevaluasi risiko bahaya tersebut, dan mengendalikan risiko bahaya dalam makanan," ungkap Nugroho.
Salah satu penumpang KM Awu, Nasrijal, naik kapal tersebut setiap libur hari raya keagamaan. Menurut pria berusia 21 tahun itu, tiket kapal dari Pelabuhan Tenau, Kupang, menuju Alor hanya Rp 330 ribu.
Nasrijal mendapatkan makan tiga kali selama berlayar 12 jam. "Kalau untuk makanan di sini, sangat standar karena menunya lengkap, ada ikan, sayuran, dan daging," terang pria asal Desa Baranusa, Alor itu.
Penumpang lainnya, Umiyati Goro (45), berharap KM Awu bisa beroperasi seminggu sekali agar memudahkan mobilitas masyarakat dan mahasiswa menuju Kupang maupun Alor. Dia meminta pemerintah segera membuka rute pelayaran ke Pulau Pantar sehingga masyarakat tidak lagi menumpang perahu motor ke Pelabuhan Kalabahi baru naik KM Awu menuju Kupang.
"Alhamdullilah kalau seminggu sekali beroperasi kami sangat bersyukur karena untuk harganya sangat terjangkau dibandingkan pesawat yang sulit dijangkau oleh masyarakat kecil," imbuh Umiyati.
(gsp/dpw)