Badan Pusat Statistik (BPS) merilis perkembangan harga Provinsi Bali pada November 2024 mengalami inflasi sebesar 0,5 persen secara bulanan. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,07 persen secara bulanan. Bank Indonesia (BI) membeberkan sederet risiko yang perlu diwaspadai menjelang akhir tahun.
Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali menurun dari 2,51 persen pada bulan sebelumnya menjadi 2,5 persen. Hal itu didorong normalisasi permintaan pasca Hari Raya Kuningan pada awal Oktober 2024.
''Untuk menjaga inflasi pada rentang yang terkendali, langkah-langkah pengendalian inflasi perlu terus diperkuat melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai ke depan. Di antaranya, kenaikan permintaan menjelang libur panjang akhir tahun dan berlanjutnya kenaikan harga daging babi karena tingginya permintaan dari luar Bali.
Kemudian, ada kenaikan harga daging ayam ras seiring penurunan pasokan. Selain itu, kenaikan harga bawang merah dan tomat yang diperkirakan berlanjut seiring peningkatan curah hujan.
"Serta kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan tren harga global, juga perlu diwaspadai," ujar Erwin.
Meski demikian, Erwin melanjutkan, beberapa faktor diperkirakan dapat mendukung terkendalinya inflasi. Di antaranya, perluasan area tanam (PAT) padi di Bali yang telah mencapai 90,09 persen dari target Kementerian Pertanian. Kemudian, penyaluran bantuan pangan nasional tahap III pada Desember 2024 oleh Badan Urusan Logistik (Bulog).
Menurut Erwin, untuk merespons potensi risiko inflasi ke depan, pihaknya terus memperkuat sinergitas dan inovasi bersama seluruh kabupaten/kota di Bali dalam pengendalian inflasi secara berkelanjutan.
Erwin mengatakan sinergitas seluruh TPID di Bali dalam pengendalian inflasi diwujudkan melalui kebijakan 4K. Antara lain, operasi pasar murah dan Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik pemerintah.
"Langkah lain yang dilakukan termasuk penguatan pemantauan ketersediaan stok serta perluasan distribusi cadangan pangan pemerintah melalui mitra distributor, Toko Pangan Kita, dan pengecer," bebernya.
Selain itu, Erwin melanjutkan, ada kebijakan optimalisasi bantuan transportasi untuk mendorong kelancaran distribusi pangan, peningkatan sarana dan prasarana produksi pangan, hingga penyebarluasan informasi pelaksanaan operasi pasar murah kepada masyarakat diiringi imbauan belanja bijak.
Kemudian, mendorong integrasi data dan informasi neraca pangan juga terus dilakukan. Erwin meyakini melalui langkah-langkah tersebut inflasi Provinsi Bali akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5 persen.
Untuk diketahui, secara spasial, seluruh kota penghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di Bali mengalami inflasi bulanan. Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,19 persen secara bulan ke bulan atau 2,82 persen secara tahun ke tahun.
Demikian pula dengan Badung mengalami inflasi sebesar 0,68 persen secara bulan ke bulan atau 2,44 persen secara tahun ke tahun. Lalu, Tabanan mengalami inflasi sebesar 0,76 persen secara bulan ke bulan atau 2,29 persen secara tahun ke tahun. Sementara, Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,81 persen secara bulan ke bulan atau 1,98 persen secara tahun ke tahun.
Erwin menjelaskan kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih menjadi penyumbang utama inflasi bulanan November 2024. Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga bawang merah, daging babi, tomat, daging ayam ras, dan buncis.
"Kenaikan harga bawang merah dan tomat disebabkan oleh berakhirnya periode panen yang berdampak pada berkurangnya pasokan," ucapnya.
Sementara itu, kenaikan harga daging babi didorong oleh tingginya permintaan dari luar daerah, dan kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh penurunan pasokan dari peternak lokal maupun luar Bali akibat kenaikan harga pakan.
(hsa/gsp)