Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat secara quarter to quarter (q to q) ekonomi Bali pada triwulan II tahun 2024 tumbuh sebesar 6,34 persen. Pertumbuhan tersebut didorong aktivitas pariwisata dan konsumsi masyarakat.
Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Bali Kadek Muriadi Wirawan menjelaskan ada beberapa fenomena penguat ekonomi, yaitu jumlah kunjungan wisman yang meningkat 17,86 persen secara year on year (yoy). Tercatat, tingkat hunian kamar atau okupansi hotel bintang meningkat rata-rata 12,79 persen poin secara yoy.
Lalu, jumlah keberangkatan penumpang domestik dan internasional dari Bandara Ngurah Rai Bali meningkat masing-masing 5,18 persen dan 25,77 persen secara yoy. Selain itu, momen Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha yang diikuti dengan cuti bersama, masa libur sekolah, dan event Pesta Kesenian Bali ke-46 mendorong peningkatan mobilitas dan konsumsi masyarakat Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Catatan peristiwa yang kedua adalah aktivitas produksi tetap berlangsung ekspansif," kata Muriadi di kantor BPS Provinsi Bali pada Senin (5/8/2024).
Adapun fenomena penguat dalam catatan tersebut, yakni impor luar negeri meningkat utamanya pada impor bahan baku atau penolong sebesar 24,45 persen secara yoy. Lalu, penjualan listrik pada segmen industri dan bisnis persisten meningkat masing-masing 7,37 persen dan 15,59 persen secara yoy serta penjualan semen tumbuh 24,39 persen secara yoy.
Kemudian, catatan peristiwa ketiga, yakni tingkat inflasi Bali yang masih stabil di kisaran target 3,00 plus minus 1 persen dan ditutup pada level 2,71 persen pada Juni 2024 secara yoy. Lalu, pajak penjualan kendaraan pelat putih baru atau BBKNB I mengalami peningkatan 23,37 persen secara yoy, indeks penjualan riil Kota Denpasar meningkat 9,61 persen secara yoy. Serta pembayaran THR yang bersumber dari APBD dan gaji ke-13 bagi ASN masing-masing di April dan Juni.
"Dari beberapa fenomena, nilai tambah yang terbentuk pada triwulan II 2024 sebesar Rp 74,77 triliun atas dasar harga berlaku (ADHB). Sementara atas dasar harga konstan (ADHK) nilai tambah yang terbentuk Rp 42,24 triliun. Jika dibandingkan dengan nilai tambah terbentuk di triwulan I 2024 yang sebesar Rp 39,72 triliun, maka ekonomi Bali secara q to q tumbuh sebesar 6,34 persen," jelasnya.
Muriadi menjelaskan jika dibandingkan dengan nilai tambah yang terbentuk di triwulan II 2023 atas dasar harga konstan sebesar Rp 40,09 triliun, maka pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2024 sebesar 5,36 persen secara yoy. Secara kumulatif perekonomian Bali sampai dengan triwulan II 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 tumbuh sebesar 5,66 persen atau secara c to c.
Menurutnya, secara q to q, pertumbuhan ekonomi Bali 6,34 persen tersebut mengikuti pola-pola musiman yang terbentuk di tahun-tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan triwulan I secara musiman, pertumbuhan ekonomi Bali mengalami peningkatan cukup tinggi.
"Ini karena memang di triwulan II 2024 ini ada beberapa event-event ataupun aktivitas, baik pemerintah, swasta, dan lainnya yang mendorong aktivitas ekonomi. Sehingga secara musiman (ekonomi Bali) mampu tumbuh di 6,34 persen," beber Muriadi.
Dia menjelaskan secara q to q, seluruh lapangan usaha tumbuh pada triwulan II 2024, khususnya lapangan usaha administrasi pemerintahan yang mengalami pertumbuhan tertinggi. Pertumbuhan lapangan usaha administrasi pemerintah tercatat mencapai 22,18 persen. Kemudian, disusul jasa pendidikan dengan 11,55 persen. Selanjutnya, akomodasi dan makan minum sebagai kontributor terbesar perekonomian Bali tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi ketiga sebesar 8,69 persen.
"Secara struktur PDRB kita dibentuk oleh tiga lapangan usaha terbesar. Pertama, akomodasi dan makan minum yang menyumbang 21,17 persen lalu pertanian, kehutanan dan perikanan yang menyumbang 13,51 persen dan transportasi dan pergudangan 10,23 persen," bebernya.
Sementara, secara yoy, seluruh lapangan usaha tumbuh pada triwulan II 2024. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi yang tercatat 19,38 persen.
Menurutnya, secara c to c lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi juga mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 19,51 persen. Terkait dengan pertumbuhan yang dialami lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi, Muriadi melanjutkan, hal tersebut harus dibedah untuk mencari tahu faktor dari pertumbuhan.
"Apakah pertumbuhan ini disebabkan karena aktivitas untuk mendukung produksi atau malah sebaliknya kredit-kredit yang sifatnya konsumtif. Ini perlu dibedah lagi. Tapi, yang jelas dari kinerjanya, lapangan usaha jasa keuangan di triwulan ini tumbuh tinggi selain akomodasi dan transportasi," tandas Muriadi.
Baca juga: OJK Blokir 7 Ribu Rekening Judi Online |
(hsa/hsa)