Warga NTB Mulai Beralih ke Rumah Nonsubsidi, REI Beberkan Penyebabnya

Warga NTB Mulai Beralih ke Rumah Nonsubsidi, REI Beberkan Penyebabnya

Nathea Citra - detikBali
Minggu, 14 Jul 2024 19:45 WIB
Pengendara sepeda motor melintas di depan sebuah perumahan nonsubsidiΒ di NTB, Minggu (14/7/2024). (Foto: Nathea Citra/detikBali)
Pengendara sepeda motor melintas di depan sebuah perumahan nonsubsidiΒ di Jalan Bypass Mataram, NTB, Minggu (14/7/2024). (Foto: Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Tren perumahan nonsubsidi atau perumahan komersial semakin digandrungi masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB). Puluhan perumahan nonsubsidi tampak masih dalam tahap pembangunan di sepanjang Jalan Bypass Bandara Internasional Lombok (BIL) menuju Kota Mataram, NTB.

Bahkan, beberapa perumahan komersial itu sudah mulai dihuni warga. "Sekarang sudah banyak warga yang beralih ke rumah nonsubsidi (rumah komersial)," kata Ketua Real Estate Indonesia (REI) NTB Heri Susanto kepada detikBali, Minggu (14/7/2024).

Heri membeberkan beberapa faktor yang mengakibatkan warga beralih dari rumah subsidi ke rumah komersial. Mulai dari jangka waktu renovasi yang cukup lama hingga faktor bertambahnya jumlah anggota keluarga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Heri, ukuran rumah subsidi tidak terlalu luas untuk menampung anggota keluarga dalam jumlah besar. Jika sudah begitu, dia melanjutkan, warga akan dihadapkan dengan dua pilihan.

"Pertama, harus renovasi rumah itu. Kedua, membeli rumah nonsubsidi. Namun untuk direnovasi, mereka terkena aturan lagi karena aturan sekian tahun rumah subsidi itu tidak boleh direnovasi," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membangun hunian berimbang, yakni rumah subsidi dan rumah nonsubsidi. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pengembang dalam membangun perumahan wajib mewujudkan perumahan dengan hunian berimbang.

Sementara dalam UU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, diatur bahwa pengembang wajib menyediakan rumah susun umum atau untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) kurang lebih 20 persen dari total luasan rumah susun komersial yang dibangun.

Di tengah meningkatnya tren pembelian rumah komersial itu, Heri memprediksi naiknya suku bunga acuan sebesar 6,25 persen akan berdampak pada kinerja kredit perbankan. Termasuk pada kredit pemilikan rumah (KPR).

"Perkembangan konstruksi kita di NTB, khususnya properti komersil (nonsubsidi) memang sedang tumbuh-tumbuhnya, bahkan mulai bergerak. Tapi dengan adanya acuan suku bunga itu, mudah-mudahan tidak terlalu berpengaruh secara signifikan," pungkasnya.




(iws/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads