Seni Akuaskap Berbahan Lumut di Bali Diminati Pasar Asia dan Eropa

Seni Akuaskap Berbahan Lumut di Bali Diminati Pasar Asia dan Eropa

Aryo Mahendro - detikBali
Minggu, 23 Jun 2024 16:21 WIB
I Gede Darma Susila Putra menunjukkan karya akuaskap berbahan lumut atau moss. (Foto: Aryo Mahendro/detikBali)
I Gede Darma Susila Putra menunjukkan karya akuaskap berbahan lumut atau moss. (Foto: Aryo Mahendro/detikBali)
Gianyar -

Karya seni akuaskap atau aquascape umumnya memanfaatkan material seperti tanaman air, ikan, dan tanah. Namun, tangan dingin I Gede Darma Susila Putra menggunakan lumut atau moss menjadi karya seni akuaskap yang unik.

"Seni akuaskap itu memindahkan alam ke boks kaca. Saya membuat akuaskap dengan media moss," kata Susila,Minggu (16/6/2024).

Akuaskap karya Susila banyak diminati pembeli dari berbagai negara Asia dan Eropa. Belakangan, karya seni berbahan lumut itu juga mulai dilirik pasar lokal di dalam negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikBali sempat mengunjungi rumah sekaligus bengkel kerja Susila di Jalan Raya Batubulan, Gianyar, Bali. Ada dua hiasan akuaskap berbahan dasar lumut yang terpajang di dinding rumah tersebut.

Selain itu, adapula beberapa keranjang lumut siap pakai dan sejumlah potongan akuaskap lumut berukuran sekitar 1 meter (m) x 70 sentimeter (cm). Karya seni itu merupakan pesanan seorang klien asal Malaysia.

ADVERTISEMENT

"Saya lebih banyak melayani pesanan pribadi. Pesanan dari perusahaan jarang banget karena ribet dan terlalu banyak permintaan,"imbuh Susila.

Menurut Susila, membuat hiasan dinding akuaskap berbahan lumut cukup mudah. Salah satu kunci untuk membuat akuaskap adalah merangkai warna hijau lumut seperti gambar mozaik.

Lumut-lumut bahan baku pembuatan akuaskap itu diperoleh Susila dari pemasok di Bedugul(Tabanan), Karangasem, hingga Kintamani (Bangli). "Kami ambil (lumut) dari alam di dataran tinggi,di daerah dingin," imbuh pria yang menekuni dunia akuaskap sejak empat tahun lalu itu.

Langkah pertama yang dilakukan Susila adalah membersihkan lumut-lumut tersebut dari debu dan kotoran tanah atau remah-remah batang pohon. Setelah dibersihkan, lumut itu diawetkan dengan alkohol yang sudah dicampur pewarna makanan.

Warna hijau dari lumut dapat diatur sesuai kebutuhan. Untuk dapat menghasilkan hijau gelap maupun hijau terang, tergantung seberapa banyak pewarna yang dicampur. Perbedaan warna hijau itulah yang akan mempengaruhi keindahan hiasan dinding tersebut.

"Mau hijau gelap atau terang, kita yang atur," imbuhnya.

Setelah proses pengawetan, lumut lalu dijemur sampai kering selama tiga hari. Proses penjemuran itu dilakukan agar lumut tidak lembab dan ditumbuhi jamur.

"Lumut dijemur hingga 80 persen tingkat kekeringannya.Selanjutnya, jamur disimpan dengan suhu ruangan," terangnya

Meski mudah,Susila berujar, membuat akuaskap tetap memerlukan pengetahuan tentang seni tanaman. Terlebih jika akuaskap dikerjakan dengan tujuan komersial atau dijual.

Menurutnya, karya seni vertikal akuaskap moss yang dibuat dengan konsep dan ide yang matang dapat bertahan hingga dua tahun. Dari segi estetika, dia melanjutkan, hasilnya juga lebih baik.

Susila menjual dekorasi dinding lumut tersebut dengan harga mulai Rp 3,5 juta hingga Rp 10 juta. Harga jual itu tergantung tingkat kerumitan dan campuran bahan-bahan yang digunakan.

"Kalau dilihat lebih dalam, (karya seni itu) akan menceritakan dirinya sendiri. Saya berusaha membuat karya seni yang tidak pernah membosankan," pungkasnya.




(iws/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads