Sebanyak enam desa wisata di Bali bakal menerapkan sistem pembayaran digital. Keenam desa wisata itu yakni Desa Penglipuran, Desa Taro, Desa Tampaksiring, Desa Sudaji, Desa Pemuteran, dan Desa Adat Duda.
Desa wisata yang bakal menerapkan pembayaran digital merupakan binaan Bank Indonesia (BI) Bali. Kepala BI Bali Erwin Soeriadimadja menjelaskan desa wisata binaan itu juga akan dimasukkan dalam platform e-commerce.
"Hal yang paling pertama kami lakukan untuk enam desa wisata binaan Bank Indonesia ini adalah kami perkuat dulu kapabilitas dari desa wisata," ujar Erwin di kantornya, Selasa (23/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BI Bali bakal melakukan program onboarding kepada desa wisata, termasuk pemberian pelatihan terkait hospitality. Sehingga nantinya desa wisata tersebut kian memiliki daya saing.
"Jadi, dengan pelatihan dan pengembangan kapabilitas saya rasa enam desa wisata binaan Bank Indonesia sudah ready untuk masuk ke platform digital e-commerce dan juga dalam pembayaran-pembayaran bisa dilakukan secara nontunai, utamanya adalah menggunakan QRIS," sebutnya.
Menurut Erwin, masyarakat yang datang ke enam desa wisata binaan BI Bali nantinya tak perlu repot membayar tiket atau membeli produk UMKM dengan uang tunai. Sebab, semua pembayaran sudah lewat digital.
"Semua itu kami persiapkan supaya desa wisata di Provinsi Bali ini semakin dikenal dan juga dikenal dalam memberikan kemudahan kepada masyarakat melalui digitalisasi," terang Erwin.
BI Bali pada 2024 akan berfokus pada enam desa wisata tersebut sehingga dapat menjadi salah satu spot wisata yang mendorong quality tourism. Enam desa wisata itu juga diharapkan bisa menarik minat wisatawan asing datang ke Bali.
Erwin menuturkan pengguna QRIS di Bali saat ini sebanyak 60 persen berada di Denpasar. Namun Erwin belum memegang data mengenai jumlah merchant yang sudah tergabung.
"Secara nasional target baru pengguna QRIS 50 juta dan untuk di Bali ini targetnya sekitar 700 ribu untuk pengguna baru di 2024," akunya.
Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya setuju jika desa wisata di Bali dapat menerapkan sistem transaksi via QRIS.
"Kita tidak bisa mengelak dari transformasi kemajuan teknologi. Tentu, kami sangat men-support. Ini bagus sekali. Jadi orang tidak perlu capek-capek bawa duit, dompetnya tidak perlu tebal-tebal. Lebih efisien," tuturnya.
Mahendra berharap digitalisasi dapat menjadi kunci dalam upaya mengembangkan infrastruktur fundamental. Hal itu dilakukan sebagai upaya menuju ekonomi Bali yang tangguh, stabil, dan berkelanjutan.
(hsa/hsa)