Hati-hati Krisis Beras di Depan Mata!

Nasional

Hati-hati Krisis Beras di Depan Mata!

Retno Ayuningrum - detikBali
Selasa, 05 Mar 2024 10:49 WIB
Pekerja mengangkut beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) di Gudang Bulog Lebak-Pandeglang, Lebak, Banten, Selasa (27/2/2024). Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan pemerintah tengah mempersiapkan impor beras tambahan sebesar 1,6 juta ton  untuk mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola di Bulog. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nym.
Beras Bulog. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)
Bali -

Krisis beras diprediksi akan melanda Indonesia lagi. Ancaman krisis beras itu akan benar-benar terjadi jika hasil panen raya kedua di bawah 2,5 juta ton.

Diketahui, saat ini harga beras di sejumlah daerah masih tinggi. Kenaikan harga itu disebut sebagai dampak krisis pertama yang diklaim pemerintah sudah usai.

"Fase krisis kedua ini tergantung tanam Maret dan April. Kalau masih bisa tanam di atas 1 juta hektare, maka bulan 7 kita tetap masih punya beras di atas 2,5 juta ton," kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, dikutip dari detikFinance, Selasa (5/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agar tidak terjadi krisis kembali, dia bilang pemerintah harus bersiaga dan menjamin ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Arief menerangkan caranya dengan menyerap hasil panen Maret-April apabila telah melampaui kebutuhan dalam negeri.

"Maka pemerintah sudah bersiap dengan CBP-nya karena Juli hingga akhir tahun, awal tahun menjadi masa pemerintah melakukan intervensi. Caranya dengan panen, serap, panen, serap," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso juga turut mewanti-wanti soal gagal panen pada bulan Juli-Agustus. Hal ini disebabkan masih banyaknya lahan sawah yang digunakan untuk kegiatan non-sawah.

"Nah kalau ini tidak terjadi harus siap-siap. Kemungkinan itu bisa saja terjadi karena apa? Saya mencatat dengan teman di lapangan masih adanya konservasi lahan di sawah itu masih berjalan," kata Tarto.

Dia menjelaskan dengan adanya konversi lahan ini, membuat produksi beras dalam negeri turun. Biasanya, pada bulan Maret dapat produksi hingga 5 juta ton, tahun ini hanya 3,5 juta ton beras.

"Saya melihat data seperti itu, meskipun masih hipotesis saya ya. Berarti lahan irigasi banyak bergeser konversi ke untuk nonsawah. Menurut saya, karena luas panennya kita turun, produksinya juga turun," jelasnya.

Artikel ini telah tayang di detikFinance. Baca selengkapnya di sini!




(dpw/gsp)

Hide Ads