Investor Mulai Masuk ke Parapuar, Kawasan Wisata Terpadu di Labuan Bajo

Manggarai Barat

Investor Mulai Masuk ke Parapuar, Kawasan Wisata Terpadu di Labuan Bajo

Ambrosius Ardin - detikBali
Selasa, 23 Jan 2024 19:49 WIB
Pengembangan kawasan Parapuar di Labuan Bajo
Kawasan wisata terpadu Parapuar. (Foto: dok. BPOLBF)
Labuan Bajo -

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) tengah mengembangkan Parapuar, kawasan pariwisata terpadu seluas 400 hektare di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Saat ini dimulai pengembangan Zona 1 dengan nilai investasi US$ 50 juta. Ada empat zona yang akan dikembangkan di Parapuar.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan komitmen investasi di Parapuar sudah mencapai US$ 32 juta. Saat ini sudah ada dua investor yang berinvestasi di Parapuar, yakni Dusit Internasional, perusahaan perhotelan dan pengembang pemukiman asal Thailand.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikutnya investor dalam negeri, yakni Eiger. Total investasi kedua investor itu mencapai US$ 16,2 juta. Kedua investor ini mulai mengembangkan kawasan zona 1 tahun ini.

Sandi hadir langsung menyaksikan penandatanganan MoU investasi kedua perusahaan tersebut. Penandatanganan MoU itu dilaksanakan di Viewpoint Parapuar, Selasa (23/1/2024).

Menparekraf Sandiaga Uno menyalami perwakilan investor yang menandatangani MoU investasi di Parapuar, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Selasa (23/1/2024).Menparekraf Sandiaga Uno menyalami perwakilan investor yang menandatangani MoU investasi di Parapuar, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Selasa (23/1/2024). (Foto: Ambrosius Ardin/detikBali)

"Target awal dua sampai lima investor. Hari ini tanda tangan dua (investor), dan kami dorong lagi sampai lima paling tidak untuk sampai pencapaian target US$ 50 juta yang akan diinvestasikan di Parapuar Zona 1. Komitmen investasi di lahan otorita Parapuar sudah mencapai US$ 32 juta. MoU Dusid bernilai US$ 15 juta dan Eiger US$ 1,2 juta," kata Sandi seusai penandatanganan MoU.

Ia menjelaskan ada 10.lot yang ditawarkan kepada investor untuk dikembangkan di zona 1 Parapuar. BPOLBF sudah mengantongi hal pengelolaan lahan (HPL) Zona 1 dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang pada September 2023. Sandi mengatakan proses studi kelayakan (feasibility studi) pengembangan Zona 1 itu dimulai tahun ini. Sandi mengatakan pengembangan Parapuar akan menyerap 10 ribu tenaga kerja.

"Kami harapkan Parapuar menjadi destinasi yang strategis dan pemandangan ini 360 derajat ada view sunset dan lain sebagainya," kata Sandi.

Pelaksana Tugas Direktur Utama BPOLBF Frans Teguh mengatakan pihaknya menargetkan 25 investor untuk pengembangan Parapuar. Pengembangan Parapuar kata dia dilakukan secara bertahap. "Target 20 sampai 25 investor komitmennya," ujar Frans.

Tadi sudah dapat gbaran sekitar 10-15 baik dari dalam maupun luar begeri, tapi kita utamakan investor dari dalam negeri

Selain dua investor yang sudah menandatangani MoU, Frans menyebut ada belasan investor yang sudah siap berinvestasi di Parapuar. Ada investor dari luar negeri, juga dari dalam negeri. "Tadi sudah dapat gbaran sekitar 10-15 investor baik di dalam maupun luar negeri, tapi kita utamakan investor dari dalam negeri," kata Frans.

Mengenal Parapuar

Parapuar merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh Kemenparekaraf melalui BPOLBF. Kawasan yang diberi nama Parapuar tersebut diambil dari dua kata dalam bahasa Manggarai, yakni Para yang berarti Pintu atau Gerbang dan Puar yang berarti hutan.

Pengembangan kawasan Parapuar dibagi menjadi empat zona yang masing-masingnya menawarkan sensasi berbeda. Pertama, Zona Budaya (Cultural District) yang rencananya akan dibangun di area seluas 21,69 Hektar dari total kawasan seluas 114,73 Hektar. Pengembangan zona ini terdiri dari Pusat Budaya (Cultural Center) seperti Hikayat Komodo, Cultural Perfomance Park, Museum, Agriculture Tourism, Culture Gallery, Ring of Fire Flores View, dan Pray Hill serta atraksi penunjang lainnya yang ikut mendukung pariwisata dan menonjolkan budaya NTT.

Pembangunan zona ini bertujuan untuk menjadi showcase kebudayaan Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama), serta mengangkat keunikan dan keragaman budaya setempat sebagai daya tarik wisata.

Pengunjung dapat mempelajari dan menikmati kebudayaan dan kehidupan alam Flores selain menikmati ketenangan dan keindahan alam Labuan Bajo yang berkontur hutan dan perbukitan.

Kedua, zona rekreasi (leisure district) seluas 63,59 Ha/16 persen. Pada zona ini ada atraksi hiburan dan rekreasi bagi para pengunjung untuk bersantai. Dii situ akan ada spa dan wearnes tourism.

Ketiga, zona alam liar (wild life district) seluas 89,25 Ha/22 persen. Zona ini menonjolkan keragaman dan keunikan satwa liar yang ada di sekitar hutan kawasan Parapuar. Di zona itu akan ada mini zoo, edukasi tentang cagar biosfer komodo, dan lainnya.

Terakhir adalah zona pertualangan (adventure district) seluas 132,43 Ha/33 persen. Zona ini menawarkan pengalaman berpetualang bagi pengunjung dengan berbagai aktivitas menarik dan menantang.




(dpw/dpw)

Hide Ads