Pembangunan Parapuar, kawasan wisata baru di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), membutuhkan investasi Rp 2.839.903.003.496. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) berencana menyulap kawasan hutan seluas 400 hektare di Labuan Bajo menjadi tempat wisata baru bernama Parapuar.
Kata Parapuar berasal dari Manggarai Barat, yakni para (pintu) dan puar (hutan). Parapuar artinya pintu gerbang yang mengarah ke hutan. Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menyebut Parapuar akan menjadi lokasi pertama pembangunan destinasi berkualitas di Labuan Bajo.
Pendanaan pembangunan Parapuar itu dirancang bersumber dari investasi pemerintah (government investment) sebesar Rp 1.618.603.003.496 (57 persen), dan investasi swasta (private investment) Rp 1.221.300.000.000 (43 persen).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Investasi yang dibutuhkan sangat besar, termasuk private investment karena kawasan pariwisata Parapuar itu cukup luas. "Karena memang membangun kawasan 400 hektar butuh biaya yang besar," kata Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina, Kamis (3/11/2022).
Saat ini, kata dia, sudah ada investor yang tertarik berinvestasi di Parapuar. Modal yang disuntik investor untuk mendanai pembangunan berbagai fasilitas komersial di sana. Sementara dana dari pemerintah untuk membangun berbagai fasilitas pendukung dan infrastruktur dasar non-komersial.
"Sudah ada beberapa (investor) yang tertarik dan berproses untuk MoU, due dilligence, dll," ujar Shana.
Kawasan wisata Parapuar akan dibangun dalam empat zona, yakni zona budaya (culture district), yang akan menampilkan keunikan dan keragaman budaya NTT; Zona rekreasi (leisure district) yang menyediakan atraksi hiburan dan rekreasi bagi para pengunjung untuk bersantai.
Berikutnya zona alam liar (wild life district), yang menonjolkan keragaman dan keunikan satwa liar yang ada di sekitar hutan kawasan Parapuar; zona pertualangan (adventure district) yang menawarkan pengalaman berpetualang bagi pengunjung dengan berbagai aktivitas menarik dan menantang.
Pembangunan fasilitas di zona budaya akan menghabiskan Rp 651 miliar lebih. Pendanaan Rp 271 miliar lebih oleh Government Investment, dan Rp 380 miliar oleh Private Investment. Dana dari Private Investment untuk membangun Hotel Resort (MICE) Rp 200 miliar, Hotel Resort (Family Resort) Rp 150 miliar, dan Desa Komersil Rp 30 miliar.
Sementara dana Rp 270 miliar dari investasi pemerintah untuk membangun Cultural Centre & Performance Centre, Manage Office & UMKM Village, Galeri Bajo 360/Iconic Building, dan sejumlah tempat parkir.
Pembangunan di zona rekreasi membutuhkan anggaran Rp 251 miliar. Sebanyak Rp 1 miliar dari dana pemerintah untuk membangun Praying Hills. Sementara Rp 250 miliar dari investor untuk membangun Hotel Resort Rp 200 miliar dan Spa & Wellnes Centre Rp 50 miliar.
Untuk zona alam liar dibutuhkan anggaran Rp 124.950.000.000. Anggaran ini sebagian besar dari Private Investment sebesar Rp 121 miliar untuk membangun Cliff Restaurant Rp 20 miliar, Nature Reserved Galery Rp 30 miliar, Atraksi Hijau (Mini Zoo) Rp 60 miliar, Outdoor Theatre Rp 1 miliar, dan Interpretation Centre Rp 10 miliar. Sisanya dari investasi pemerintah untuk membangun lahan parkir.
Zona pertualangan dibutuhkan Rp 470 miliar dari investor untuk membangun restoran Rp 15 miliar, Bike Zipline Length (lintasan sepeda gantung) Rp 3 miliar, Cable Car (Kereta gantung) Rp 300 miliar, Lookout Point Rp 2 miliar, Bonfire Rp 300 Juta, Resort Facility Rp 10 miliar, High End Glamping (tempat camping dengan fasilitas mewah) Rp 40 miliar, dan Mbako Cave Attraction Rp 100 miliar. Investasi pemerintah untuk zona ini sebesar Rp 11,8 miliar lebih untuk membangun lahan parkir.
Investasi dari pemerintah paling banyak dialokasikan untuk membangun sejumlah infrastruktur dasar di Parapuar, sebesar Rp 1,3 triliun lebih. Infrastruktur dasar itu di antaranya instalasi listrik, air bersih, pengelolaan sampah, telekomunikasi, drainase dan pedestarian, landscaping, lighting, roadways, utility box, dan lainnya.
(irb/gsp)