Permintaan garam Amed, Karangasem, terus mengalami peningkatan. Saat ini mencapai 1.700 kilogram atau 1,7 ton per bulan.
Kelompok petani garam Amed, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, yang tergabung dalam Komunitas Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) berencana akan menambah lahan untuk produksi garam.
Ketua MPIG garam Amed I Nengah Suanda mengatakan sebelumnya permintaan garam Amed hanya berkisar 1.200 kilogram per bulan. Peningkatan sekitar 500 kilogram terjadi sejak beberapa bulan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peningkatan produksi tersebut juga dibarengi dengan peningkatan permintaan dari pelanggan. Bahkan saat ini pelanggan bukan hanya dari Karangasem saja tapi ada juga yang dari Badung, Denpasar, bahkan Jawa yang bergerak di bidang hotel dan restoran," kata Suanda, Senin (27/11/2023).
Dia menjelaskan saat ini lahan produksi garam hanya sekitar satu hektare. Padahal, beberapa tahun yang lalu luasnya mencapai 10 hektare.
Namun, dengan berkembangnya pariwisata di wilayah Amed, banyak lahan produksi garam milik petani yang terkikis karena pembangunan hotel dan restoran.
"Terkait rencana penambahan lahan untuk produksi garam tersebut kami sudah bersurat kepada Kementerian Kelautan. Kami berharap ada solusi, sehingga bisa menambah sekitar setengah hektare lagi," kata Suanda.
Menurutnya, produksi garam meningkat dipengaruhi oleh faktor cuaca yang cerah. Tercatat, saat ini ada sekitar 20 petani yang memproduksi garam di wilayah Amed. Dia menargetkan produksi terus meningkat untuk memenuhi permintaan.
"Untuk harga garam Amed sekitar Rp 30 ribu per bungkus dengan isi 100 gram. Harga tersebut tidak pernah berubah meski produksi melimpah atau menurun," tandas Suanda.
(hsa/iws)