Masyarakat tengah menghadapi lonjakan harga beras. Dari Rp 11 ribu menjadi Rp 15 ribu per kilogram. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung berupaya mengatasi masalah tersebut dengan program Beli Mahal Jual Murah (Bima Juara).
Lewat program tersebut, gabah petani dibeli lebih mahal dari harga eceran tertinggi (HET) oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Kemudian, beras hasil olahan KUD dijual lebih murah kepada masyarakat Klungkung. Walhasil, program Bima Juara juga menjadi cara 'berperang' melawan tengkulak yang kerap semena-mena dengan petani. Program ini sudah berjalan sejak 2018.
Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Gede Juanida mengatakan di tengah fenomena El Nino, harga gabah di tingkat petani mengalami kenaikan. Pemerintah sendiri mematok harga pokok penjualan (HPP) Rp 5 ribu per kilogram (kg).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, harga eceran tertinggi (HET) yang ditentukan oleh pasar juga naik menjadi Rp 5 ribu per kg. Dari sebelumnya berkisar Rp 4.300 sampai Rp 4.500 per kg.
Petani-Masyarakat Lebih Diuntungkan
Dengan kondisi tersebut, maka KUD yang ditunjuk di Klungkung membeli gabah ke petani di atas HET, Rp 5.500 per kg.
"Belinya wajib hitung kiloan di petani, dan bukan secara tebasan, petani akan jauh lebih diuntungkan karena padi di Klungkung rata-rata memiliki kualitas dan kuantitas yang baik," jelas Juanida.
Setelah diolah menjadi beras, KUD lantas menjual dengan harga di bawah pasar, yang saat ini dibanderol Rp 12.300 per kg. Harga pasar beras medium saat ini mencapai Rp 14 ribu.
Selain masyarakat umum, konsumennya adalah aparatur sipil negara (ASN) di Klungkung yang diwajibkan menggunakan beras lokal Klungkung.
"Bedanya cukup jauh, dan beras ini juga dijual di pasar, swalayan dan warung-warung yang ada di Klungkung," jelas Juanida.
Di Klungkung saat ini ada tiga KUD yang sudah menjalankan program Bima Juara ini. Di antaranya, KUD Panca Satya Dawan, KUD Artha Wiguna Gelgel, dan KUD Jaya Werdhi Takmung.
Serapan gabah petani oleh KUD sebesar 12 persen setiap tahunnya. Luas tanam Januari hingga Juli 2023 sebanyak 2.187 hektare. Padi yang dihasilkan sebanyak 13.522 ton. Selain dibeli oleh KUD, juga dibeli pengepul gabah dari luar Klungkung.
Produksi 5 Ton Beras Setiap Hari
KUD Jaya Werdhi Takmung adalah salah satu koperasi yang menjalankan program Bima Juara sejak 2019. KUD Jaya Werdhi setiap bulan melayani kebutuhan beras ASN dengan jumlah besar. Setiap hari, bisa memproduksi lima ton beras lokal.
Ketua Pengurus KUD Jaya Werdhi Gusti Ngurah Alit Suambawa mengatakan sudah bekerja sama dengan petani untuk membeli gabah mereka secara timbangan, karena jauh lebih menguntungkan dari tebasan.
"Di petani kami bersaing dengan tengkulak, jika tengkulak membeli Rp 5.300 per kg, maka kami beli Rp 5.500 per kg, itu adalah program dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan membeli gabahnya lebih mahal, sedangkan setelah produksi beras juga dijual lebih murah dari harga pasarannya," urai Suambawa.
Bima Juara Tekan Inflasi
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta membenarkan soal harga beras di pasaran yang saat ini sedang melambung. Dari pantauan di sejumlah pasar, harga beras memang naik, akan tetapi pasokan tetap stabil bahkan Klungkung cenderung surplus.
Di tengah situasi ini, Suwirta menyebut program Bima Juara mampu menekan inflasi akibat kenaikan harga beras.
"KUD sudah mampu menjual dengan harga di bawah harga pasar itu, utamanya untuk medium, apalagi untuk ASN dan pegawai BUMD di Klungkung wajib mengonsumsi beras lokal, berapa ribu itu kali 10 kilogram setiap bulan, khusus Klungkung masih bisa dikendalikan," beber Suwirta saat dihubungi detikBali, Minggu.
Menurutnya, program ini sudah diakui secara nasional, dengan sistem dari hulu ke hilir. Bertujuan untuk mensejahterakan petani dan menekan inflasi. Pada 2023, program Bima Juara juga masuk 40 program terinovatif dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB).
"Petani kita bisa lebih sejahtera dengan gabah dibeli lebih mahal, sedangkan masyarakat bisa menikmati harga beras lebih murah, bahkan kini tengkulak juga ikut membeli gabah petani kiloan, tanpa sistem tebasan dan ini meningkatkan penghasilan petani juga," tandas Suwirta.
(hsa/iws)