Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jembrana I Made Leo Agus Jaya geleng-geleng kepala. Musababnya, daerahnya kembali didatangi pengemis yang sebagian besar berasal dari Karangasem, meski mereka sudah dikembalikan ke daerahnya.
"Sudah sering kami amankan, kami kembalikan ke daerah asalnya, tapi pasti kembali lagi," keluh Leo kepada detikBali, Kamis (2/3/2023).
Leo bahkan menggandeng Dinas Sosial Karangasem untuk menertibkan pengemis tersebut. Para pengemis yang telah dikembalikan ke Karangasem, kerap beralasan akan mencari kerja di Denpasar. Namun, mereka kembali lagi ke jalan, mengharap uang dari orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Leo, Dinas Sosial Karangasem juga pusing karena ulah pengemis tersebut. "Jadi, memang sulit untuk mengontrol itu semua," ujarnya.
Leo menuturkan Satpol PP Bali juga pernah menggelar rapat membahas maraknya pengemis dari Karangasem yang mengiba di daerah lain.
Satpol PP Karangasem yang hadir dalam pertemuan tersebut menyampaikan mengemis menjadi mata pencarian warga Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem.
"Karenanya, kami coba koordinasi juga dengan Dinas Sosial untuk menindaklanjuti ini," ujar Leo.
Baca juga: Menjual Derita dengan Melibatkan Anak |
Kepala Satpol PP Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Bawa Nendra juga lintang-pukang menangani pengemis di wilayahnya. Penertiban pada pengemis dan gelandangan terasa sia-sia karena mereka kerap kembali lagi.
Nendra menuturkan tak jarang petugas kerap menyamar seperti preman untuk menangkap mereka. "Karena pengemis, terutama anak-anak, langsung lari melihat petugas," ungkapnya kepada detikBali, Selasa (11/4/2023).
Jurus penyamaran juga dirasa masih belum efektif. Sebab, mereka yang tertangkap oleh petugas dan dipulangkan ke daerah asalnya kerap kembali lagi ke Denpasar untuk mengemis.
"Biasanya, kemarinnya ditangkap, lalu satu hari dititipkan di kantor Satpol PP. Besok paginya dibawa ke Dinas Sosial kan untuk dipulangkan, sorenya bisa ada lagi di persimpangan," ujar Nendra, heran.
Baca juga: Memilih Mengekos daripada Tertangkap |
Nendra menerangkan 348 pengemis ditertibkan pada tahun lalu. Adapun, sejak awal tahun ini hingga sekarang, jumlah pengemis yang ditangkap Satpol PP Denpasar 37 orang. Sebagian besar, pengemis yang tertangkap berasal dari Karangasem.
Cara lain menangani pengemis, Nendra melanjutkan, dengan mendirikan rumah singgah bagi pengemis maupun gelandangan yang tertangkap.
Di rumah singgah itu, mereka diberi pelatihan seperti menjahit. Harapannya, pengemis dan gelandangan yang masuk rumah singgah punya keterampilan dan meninggalkan pekerjaanya sebagai peminta-minta.
Nendra juga mengimbau warga untuk tidak memberikan uang recehnya kepada mereka yang datang meminta-minta. "Kalau masyarakat ingin sayang, seharusnya jangan diberikan apa-apa, supaya kapok," ujarnya.
Tak Mudah Tangani Pengemis Anak
Satpol PP kewalahan menertibkan pengemis anak-anak. Pengemis anak-anak ini dimonitor oleh orang tuanya. (Dok. Satpol PP Badung).
|
Saat tertangkap, pengemis yang masih bocah itu meronta. Menangis sejadi-jadinya.
"Itu juga yang bikin kami takut. Sekali pun kami bertugas untuk mengamankan, orang lain yang melihat akan menganggap kami diskriminasi terhadap anak-anak," keluh Astika.
Baca juga: Mengharap Uang dari Warga Jembrana |
Para pengemis yang masih anak itu pandai mengelabui petugas. Mereka kabur ke tempat yang sulit dijangkau. Kadang mereka juga melewati batas wilayah untuk menghindari kejaran petugas.
Hal itu sering terjadi di simpang Imam Bonjol dan Jalan Nakula. Daerah itu perbatasan antara Kota Denpasar dan Badung. "Itu titik aman mereka, jadi kami tidak bisa kejar lagi," imbuh Astika.
Yang bikin jengkel, Astika melanjutkan, mereka mengejek setelah petugas Satpol PP Badung tidak bisa menangkap mereka yang berada di wilaya Kota Denpasar. "Pokoknya buat kami emosi. Tapi, dibilang lucu, ya lucu juga," ungkapnya.