Para petani perkebunan di Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, Bali, sedang kepincut dengan tanaman vanili yang harga jualnya cenderung meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, harga jual tanaman perkebunan berjuluk emas hijau ini bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 6 juta per kilogram.
Harga tersebut khusus untuk vanili kering. Untuk yang basah, rentang harganya dari Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per kilogram.
Inilah yang membuat para petani kebun di Selemadeg Barat melirik vanili sebagai tanaman yang sayang untuk tidak dikembangkan. Mereka yang tadinya fokus mengembangkan kopi, manggis, atau durian, kini membudidayakan vanili di sela-sela kebunnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok Petani Merta Harum di Desa Mundeh Kangin, Selemadeg Barat misalnya, membudidayakan vanili sejak tiga tahun lalu. Mereka membudidayakan vanili di sela-sela tanaman kopi dan durian.
"Ada juga yang menanamnya sebagai pagar hidup di pekarangan rumah," jelas I Wayan Suka Antara Yasa selaku Ketua Kelompok Tani Merta Harum, Sabtu (1/4/2023).
Meski dikembangkan di sela-sela tanaman lainnya, perlakuan terhadap vanili tetap diimbangi dengan perawatan yang serius. Pemberian pupuk, baik kandang atau kompos, tetap diperhatikan untuk menjaga pertumbuhannya.
Tanaman dengan nama ilmiah Vanilla planifolia ini tidak memiliki sifat mengganggu tanaman lainnya. Suka Antara menyebutkan luas tanam vanili di kelompoknya mencapai dua hektare.
Saat ini, usia tanamnya sudah tiga tahun. "Kemungkinan tahun depan sudah mulai bisa berbunga," imbuhnya.
Salah satu anggota Kelompok Tani Merta Harum, I Ketut Yudi mengatakan budidaya vanili tidaklah sulit. Selain tidak mengganggu tanaman lainnya, vanili memerlukan media tanam yang sederhana berupa serabut kelapa.
"Tinggal dicampur dengan pupuk seperti kompos. Bisa juga pupuk kandang. Saya ini baru mulai tanam vanili dua tahun lalu. Baru waktu itu saya bisa belajar menanamnya," pungkasnya.
(iws/efr)