Putu Celuk Darmika salah seorang tenaga medis di salah satu rumah sakit negeri di Kabupaten Badung, Bali menjajal peluang bisnis dari budidaya melon premium. Dari bisnis itu, ia mampu meraih omzet hingga belasan juta rupiah.
Pria berusia 36 tahun itu menamakan tempatnya Kebun Weda. Putu Celuk memanfaatkan metode tanam hidroponik dengan membangun green house seluas 2,5 are untuk empat jenis melon.
Di antaranya melon Honeydew, Golden Alisha, Inthanon atau Golden Emerald, serta varietas Rangipo atau akrab disebut melon basket.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mulai budidaya melon ini sejak enam bulan lalu, antara Agustus-September 2022 lalu. Memulai ini karena saya lihat melon-melon ini banyak peminatnya dan di Bali belum banyak yang budidaya," tutur Putu Celuk di Kebun Weda, Minggu sore (12/3/2023).
Pria asal Banjar Mekarsari, Desa Selat, Kecamatan Abiansemal, Badung ini mengaku sangat menyenangkan berkebun dengan metode hidroponik. Ia tidak membutuhkan banyak tenaga karena tidak perlu mencangkul tanah dan tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas seperti petani konvensional.
Pasok Melon di Dua Supermarket
Sekali panen bisa mencapai 550 kilogram. Melon dijual dengan harga Rp 30 ribu per kilogram untuk jenis Honeydew, Golden Alisha. Sedangkan jenis Rangipo dan Inthanon dijual Rp 35 ribu per kilogram.
Baca juga: Bali Kumara Sulap Sampah Organik Jadi Sabun |
Hanya saja, ia mengaku jumlah itu masih jauh kurang. Permintaan melon di sejumlah supermarket di Denpasar rata-rata 200 kilogram dalam sepekan. Karena itu ia berencana menambah luasan media tanam.
"Satu kali panen hanya 550 kilogram. Masing-masing jenis melon itu ada yang butuh waktu 65 sampai 75 hari sejak tanam baru bisa panen. Baru dua supermarket yang serap," katanya.
Menurutnya, empat jenis melon tersebut diminati karena punya rasa yang jauh lebih manis dari melon biasa. Bahkan melon honeydew disebut kaya kandungan air hampir 90 persen. Begitu pula melon jenis Golden Alisha, Inthanon dan Rangipo yang juga punya rasa istimewa.
"Setahu saya di Indonesia sudah banyak yang budidaya. Bibitnya dapat dari Belanda. Dengan sistem hidroponik, green house jadi barang wajib untuk menghalangi tanaman dari air hujan yang belum jelas kadarnya. Jika nutrisi tercampur, tanaman menjadi rusak," jelas ayah dua anak ini.
Belajar Berkebun dari Youtube
Putu Celuk mulai berminat berkebun dengan metode hidroponik sejak 2019, berawal dari program PKK di desa setempat. Saat itu keluarganya mendapat bantuan modul 80 titik tanam yang dimanfaatkan untuk menanam jenis sayuran.
Setelah itu, skala hobinya itu ia kembangkan dengan menanam beragam jenis melon. Beberapa waktu sebelumnya ia pernah menanam melon Korea. Ia mengaku tidak punya latar belakang berkebun dan hanya belajar dari YouTube.
"Saya manfaatkan lahan milik keluarga. Awalnya ini lahan produktif dan karena saya pakai, saya sewa supaya ada pemasukan keluarga. Saya dibantu ayah dan paman dan ini berkembang nanti," pungkas Putu.
(nor/hsa)