Petani Lidah Buaya di Besakih Raup Omzet Rp 600 Juta Setahun

Karangasem

Petani Lidah Buaya di Besakih Raup Omzet Rp 600 Juta Setahun

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Minggu, 26 Mar 2023 13:07 WIB
Jro Mangku Widiartha menunjukkanΒ kebun lidah buaya miliknya di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu (26/3/2023). (Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)
Jro Mangku Widiartha menunjukkanΒ kebun lidah buaya miliknya di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu (26/3/2023). (Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)
Karangasem -

Petani lidah buaya di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, begitu bergairah. Pasalnya, permintaan lidah buaya dari perusahaan yang diajak bekerja sama sangat tinggi. Bahkan, mereka kewalahan memenuhi banyaknya permintaan.

Salah satu petani lidah buaya di Besakih, Jro Mangku Widiartha mengatakan omzet per tahun yang bisa dia raup mencapai Rp 600 juta. Tanaman lidah buaya di kebunnya panen setiap empat bulan sekali. Meski begitu, pengambilannya dilakukan setiap bulan oleh perusahaan yang diajak bekerja sama.

"Kadang pengambilannya juga dilakukan setiap minggu, tergantung keperluan dari perusahaan. Sehingga dalam satu bulan saya bisa mendapat keuntungan bersih sekitar Rp 30 juta," kata Widiartha, Minggu (26/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Widiartha saat ini memiliki 70 ribu tanaman lidah buaya yang ditanam di atas lahan seluas 1,7 hektare. Sekali panen, ia bisa mendapatkan 100 ton lidah buaya.

Adapun harga satu ton lidah buaya mencapai Rp 2,2 juta. Dengan demikian, Widiartha bisa meraih omzet sekitar Rp 220 juta dalam sekali panen.

ADVERTISEMENT

"Kadang kekurangan bahan baku, sehingga saya berencana beli lahan lagi satu hektare untuk menanam pohon lidah buaya," imbuhnya.

Widiartha mengaku tidak menemukan kendala berarti selama 16 tahun menjadi petani lidah buaya. Hanya perlu kesabaran, terutama saat awal memulai menanam karena panen perdana perlu menunggu cukup lama.

Salah satu kunci sukses dalam budidaya lidah buaya adalah kesuburan tanah. Widiartha bersyukur karena tanah di Desa Besakih sangat subur dan cocok untuk mengembangkan lidah buaya. Menurutnya, tanaman bernama latin Aloe vera itu juga perlu terpapar sinar matahari secara langsung.

"Untuk melakukan perawatan terhadap pohon lidah buaya saya mempekerjakan sebanyak tiga orang karyawan dengan upah sebesar Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per hari. Mereka bekerja setiap hari seperti memberi pupuk, menjaga kebersihan, dan yang lainnya," kata Widiartha yang juga Bendesa Adat Besakih.

Widiartha menggunakan kotoran sapi sebagai pupuk untuk tanaman lidah buayanya. Ia tidak menggunakan pupuk lainnya seperti zat organik agar khasiat lidah buaya tetap terjaga. Dalam empat bulan, Widiartha menghabiskan sekitar 25 truk kotoran sapi.

Tanaman lidah buaya yang sudah panen selanjutnya dikirim ke pabrik dan diekspor. "Nanti di sana akan diolah menjadi berbagai bahan karena selama ini lidah buaya kita kenal memiliki banyak sekali manfaat," kata Widiartha.




(iws/hsa)

Hide Ads