"Hari ini kita mengadakan seminar hidropower dan geothermal, kita mengumpulkan seluruh stakeholder dari core competency teknis dan juga investor dan perbankan, pemangku pengambil kebijakan semua berkumpul ada di sini," ungkap Darmawan Prasodjo usai membuka acara Seminar Hydropower dan Geothermal "Pengembangan EBT Baseload Melalui Pembangkit Hydropower dan Geothermal dalam Rangka Mendukung Transisi Energi" di Westin Hotel Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (22/9/2022).
Seminar ini, lanjut dia, untuk menyatukan persepsi antara PLN dengan semua stakeholder. Yakni punya tujuan yang sama yaitu mendukung transisi energi.
"Di sini sudah ada program carbon neutral by 2060 itu dulu kita punya kesamaan pandangan," tukas Darmawan.
Untuk itu, lanjutnya semua berkumpul di sini dalam rangka menyatukan bagaimana menyelaraskan derap langkah seluruh stakeholder baik dalam pengembangan geothermal baik itu kebijakannya, perizinannya, investasinya dan teknologinya.
"Semangat yang dibangun itu kolaborasi bagaimana mencapai tujuan itu kita bekerja sama berkomunikasi berkoordinasi," tandasnya.
Untuk itu dari Kementerian ESDM sudah memaparkan tujuannya dan tantangannya dan seluruh stakeholder setuju untuk menyamakan persepsi.
"Tadi juga ada tantangan yang teknis, investasi satu per satu dibahas sampai nanti malam tentu saja apapun sumbatannya diurai diselesaikan sehingga pengembangan geothermal terlaksana dengan baik," katanya.
Seminar ini, tegas dia, bukan hanya menyamakan persepsi tapi lebih penting lagi menyelaraskan derap langkah seluruh stakeholder.
Sementara itu, Direktur Megaproyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN Wiluyo Kuswidharto mengungkapkan, PLN terus meningkatkan bauran EBT melalui penambahan pembangkit EBT dengan memanfaatkan ketersediaan energi setempat.
"Porsi pengembangan EBT mencapai 51,6 persen sesuai RUPTL 2021-2030. Untuk mewujudkan RUPTL pada tahun 2022 PLN akan memulai proses pengadaan untuk 1,5 GW pembangkit EBT," ungkapnya.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Wiluyo Kuswidharto membeber, saat ini pasokan listrik masih disuplai batubara dan secara pertimbangan lingkungan ini ada dampaknya.
"Jadi transisi energi ini bagaimana kita bisa menyediakan di sisi suplai bisa mengurangi emisi gas rumah kaca," tandasnya.
(hsa/hsa)