Cerita Warga di PLTP Mataloko dan PLTP Ulumbu NTT soal Manfaat Geothermal

Cerita Warga di PLTP Mataloko dan PLTP Ulumbu NTT soal Manfaat Geothermal

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 02 Feb 2025 03:30 WIB
Pembukaan akses jalan menuju lokasi proyek pembangunanΒ PLTP MatalokoΒ di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Foto: Dok. Istimewa)
Pembukaan akses jalan menuju lokasi proyek pembangunanΒ PLTP MatalokoΒ di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Foto: Dok. Istimewa)
Manggarai Barat -

Energi panas bumi atau geothermal tak hanya tentang teknologi dan pembangkit listrik. Melainkan juga tentang bagaimana masyarakat bisa hidup berdampingan dan saling menguntungkan dengan sumber energi ini.

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya. Sejak 2024, pembangunan PLTP Mataloko dimulai dengan pembukaan akses jalan sepanjang 8 kilometer (km) menuju lokasi proyek.

Pengembangan infrastruktur ini diklaim telah membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar. Dengan akses yang lebih baik, aktivitas perdagangan dan mobilitas warga menjadi lebih lancar. Bahkan, proyek itu membuka peluang pekerjaan bagi penduduk lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu akses ke tempat kami sulit, sehingga pelanggan terbatas. Sekarang, jalan sudah bagus, omzet kami meningkat," ungkap Stefanus, seorang perajin parang di Poma Mana, Ngada, dalam keterangan yang diterima detikBali, Jumat (31/1/2025).

Lorensius Tena setali tiga uang. Warga yang berada di sekitar PLTP Mataloko itu menilai peningkatan aksesibilitas turut mempermudah kehidupannya sehari-hari. "Sekarang perjalanan ke gereja, sekolah, dan pasar lebih nyaman dan aman," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Selain pembangunan infrastruktur, berbagai inisiatif masyarakat juga berkembang. Misalkan pembangunan gazebo di Kampung Adat Wogo, pengembangan usaha ternak dan pertanian, hingga peningkatan sarana pendidikan dan sanitasi lingkungan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh warga yang berada di dekat PLTP Ulumbu, Manggarai, NTT. Sejak mulai beroperasi pada 2011 dengan kapasitas 4 x 2,5 MW, PLTP Ulumbu telah menjadi sumber energi utama bagi masyarakat sekitar.

Hendrik K, warga Desa Lungar, menceritakan anak-anak mereka terpaksa belajar menggunakan lampu minyak sebelum listrik di daerah itu stabil. "Sekarang listrik stabil, anak-anak bisa belajar lebih nyaman tanpa asap lilin atau generator yang berisik," ujarnya.

Sejak 20 September 2024, untuk pertama kalinya listrik juga mengalir ke Pegunungan Poco Leok. Momen itu bahkan disambut dengan upacara adat Congko Longkap sebagai perayaan sejarah baru bagi masyarakat setempat.

Selain penerangan, masyarakat Poco Leok juga mulai melihat dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bisa menyimpan hasil panen lebih lama dengan alat pendingin, dan usaha kecil-kecilan di desa lebih mudah berkembang.

Masyarakat di Ulumbu dan Mataloko membuktikan keberadaan PLTP juga membuka berbagai peluang ekonomi dan sosial. Dengan pemanfaatan yang optimal, warga dapat terus berkembang bersama energi geothermal.

Pemanfaatan Panas Bumi di Dunia dan Indonesia

Peneliti geothermal dari Institut Teknologi Bandung (ITB), M Ali Ashat, mengatakan Indonesia memiliki potensi energi panas bumi yang luar biasa, mencapai 29.038 MW atau 40 persen dari cadangan dunia. Menurut dia, Indonesia bisa meniru keberhasilan Islandia dalam memanfaatkan energi panas bumi.

"Islandia sudah berhasil mengembangkan pemanfaatan panas bumi, baik untuk pembangkit listrik maupun industri pariwisata seperti Blue Lagoon. Hal serupa juga terjadi di Wairakei (New Zealand) dan Vogelaer (Belanda), di mana energi geothermal digunakan untuk pertanian dan perkebunan," ujar Ali.

Di sisi lain, masyarakat di NTT masih banyak yang bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang mahal dan kurang ramah lingkungan. Transisi menuju geothermal dinilai tak hanya lebih efisien, tetapi juga lebih berkelanjutan bagi masa depan energi Indonesia.

Dari segi keamanan, teknologi PLTP telah berkembang dengan penerapan sistem pemantauan ketat untuk menghindari risiko lingkungan. Pengelolaan sumur panas bumi dilakukan dengan standar keamanan tinggi. Termasuk sistem injeksi ulang fluida untuk menjaga keseimbangan tekanan bawah tanah dan mencegah subsiden atau dampak geologis lainnya.

Selain memberikan stabilitas listrik, PLTP juga diklaim aman digunakan di daerah pemukiman. Studi dari berbagai negara seperti Islandia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat menyebutkan panas bumi dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan tanpa merusak ekosistem setempat. Di Indonesia, regulasi ketat juga diberlakukan untuk memastikan proyek-proyek PLTP berjalan dengan prinsip keberlanjutan dan keamanan bagi masyarakat sekitar.




(iws/iws)

Hide Ads