Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) resmi melepas 40 peserta pelatihan wellnes therapist (terapis kebugaran) di Balai Diklat Industri (BDI) Bali, Denpasar, Kamis (4/12/25). Menteri PPMI Mukhtarudin berpesan agar tidak membuat konten-konten yang menjelekkan pemerintah di media sosial (medsos).
"Begitu berangkat ke luar negeri, jaga nama pemerintah, jaga nama wibawa perusahaan dan wibawa daerah. Jangan menjelekkan pemerintah kita di media sosial. Bentar-bentar bikin konten di TikTok, isinya sumpah serapah. Hanya pekerja migran di Indonesia yang begitu. Pekerja migran di negara lain tidak ada satu pun yang menjelekkan negaranya," kata Mukhtarudin.
Ia mengingatkan ada saluran pengaduan resmi yang tersedia. Jika ada masalah, bisa dikomunikasikan selama peserta bekerja secara benar, maka tentu akan dilindungi dan akan dibina.
Dalam pelepasan tersebut, Mukhtarudin bersama Wakil Menteri Christina Aryani menyematkan pin kepada peserta sebagai simbolisasi pelepasan peserta program wellness therapist.
Para peserta yang berasal dari berbagai daerah termasuk NTT, Jawa, Sulawesi Tengah, dan Bali telah menjalani pelatihan dengan biaya penuh ditanggung pemerintah.
"Pemerintah yang membiayai semuanya mulai dari biaya pelatihan sampai biaya penginapan, makan, minum, akomodasi, konsumsi semuanya ditanggung oleh pemerintah yang diperkirakan lebih dari Rp 7 juta per orang," jelasnya.
Mukhtarudin menekankan pentingnya kesiapan mental para calon pekerja migran dalam menghadapi dinamika bekerja di luar negeri.
"Untuk itu, tentu setelah ini anak-anak akan ditempatkan di luar negeri bekerja di luar negeri tentu dengan segala macam dinamika, tentu kalau tidak mungkin sama kalau di kampung sendiri pasti berbeda," ujarnya dalam sambutan.
Ia menegaskan bahwa para pekerja tidak hanya harus memiliki kompetensi teknis, tetapi juga kesiapan mental dan soft skills yang baik. "Anak-anak juga harus siap secara mental, bukan hanya punya ilmu saja. Soft skills-nya juga harus bagus di samping hard skills," jelasnya.
"Soft skills-nya adalah seperti bagaimana berkomunikasi, senyum, ramah. Mungkin ketimuran kita, keindonesian kita yang ditunjukkan sebagai orang dengan rasa ramah, bersih, murah senyum, sopan, jadi memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen kita," lanjutnya.
Kementerian PPMI, Mukhtarudin berujar, telah melakukan seleksi ketat terhadap tempat kerja yang akan menjadi tujuan penempatan. Baik dari sisi regulasi, jaminan sosial, hingga perlindungannya untuk menjamin keselamatan para peserta. Kementerian PPMI tetap memantau dan memonitor keberadaan para PMI ketika bekerja di luar negeri.
Mukhtarudin juga mendorong para pekerja migran untuk memanfaatkan kesempatan ini membangun pengalaman dan jaringan. Ia menekankan pentingnya mengelola keuangan dengan bijak.
"Ilmu dapat, penghasilan dapat. Penghasilannya jangan dihabiskan untuk gaya hidup konsumtif. Ditabung gajinya, sebagian disisihkan untuk persiapan kalau nanti kontraknya selesai, pulang dari pekerja migran sudah ada modal," tegasnya.
Yesi, salah satu peserta, mengungkapkan antusiasmenya mengikuti program ini. "Aku tahunya dari temen aku yang sudah duluan berangkat. Karena mau nyari pengalaman bahasa juga, dan menambah skill," cerita Yesi.
Ia mengaku sangat senang dengan pengalaman selama pelatihan. "Banyak banget pengetahuan baru yang saya dapatkan. Dapat dari bahasa juga, dapat praktek lebih dalam. Kita belajar banyak ternyata ada massage warmstone, sand head massage, facial, jadi banyak banget macam-macam massage," paparnya dengan antusias.
Simak Video "Video Menteri P2MI ke Calon PMI: Jangan Jelek-jelekin Pemerintah di Medsos"
(hsa/hsa)