Ribuan warga berziarah ke Taman Pujaan Bangsa Margarana, Tabanan, Bali. Mayoritas dari mereka merupakan keturunan para pejuang yang gugur dalam perang Puputan Margarana pada 20 November 1946.
Satu di antaranya adalah I Gusti Ketut Gede Mantara Putra. Pria berusia 50 tahun itu datang bersama sejumlah rombongan yang terdiri dari ayah, bibi, anak, istri, dan sepupunya. Mantara sekeluarga mengenang perjuangan almarhum I Gusti Wayan Kuduk, leluhur mereka yang gugur saat berperang dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berziarah mendoakan almarhum kakek. Dulu beliau gugur saat berperang melawan Belanda. Kebetulan bertepatan dengan momen Galungan, sembari berdoa juga di sini," tutur Mantara di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Kamis (20/11/2025).
Mantara mengaku bangga menjadi cucu seorang pejuang kemerdekaan. Berdasarkan cerita dari neneknya, almarhum I Gusti Wayan Kuduk ikut berpindah-pindah atau bergerilya dengan pasukan I Gusti Ngurah Rai.
"Asal kami dari Mengwi, tapi waktu dulu kabarnya kakek memanipulasi alamat supaya keluarganya tidak jadi korban. Bahkan namanya dulu diganti menjadi Wayan Kuduk," imbuh Mantara.
Mantara hanya mewarisi cerita perjuangan Gusti Wayan Kuduk dari penuturan sang nenek. Ia tidak memiliki arsip yang merekam perjuangan almarhum kakeknya itu.
I Gusti Ngurah Darma Putra setali tiga uang. Pria asal Penebel, Tabanan, itu datang bersama keluarga untuk mendoakan kakeknya yang gugur dalam perang Puputan Margarana berjuang bersama I Gusti Ngurah Rai.
"Saya setiap tahun datang untuk berziarah dan sengaja membawa anak agar dia tahu bahwa buyutnya dulu adalah seorang pejuang kemerdekaan," kata Darma Putra.
Darma Putra mengetahui perjuangan kakeknya saat perang kemerdekaan lewat cerita ayahnya. "Dulu waktu zaman geriliya, kakek salah satu wakil dari Desa Senganan yang ikut berperang di sini. Selain kakek, banyak juga pejuang dari Desa Senganan yang ikut," imbuhnya.
Selain berziarah, para keturunan pejuang juga memanfaatkan momen tersebut sembari berwisata. Beberapa di antara mereka berpiknik dengan membawa bekal makanan yang disantap di depan nisan kakek mereka.
Sebagai informasi, peringatan Puputan Margarana ke-79 dirangkai dengan upacara bendera. Gubernur Bali Wayan Koster hadir sebagai inspektur upacara saat peringatan Puputan Margarana di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Kamis (20/11/2025).
Koster mengungkapkan peringatan Puputan Margarana menjadi momen refleksi bahwa Indonesia adalah bangsa yang bermartabat. Menurutnya, perjuangan dan pengorbanan tanpa pamrih dari para kusuma bangsa dalam peristiwa heroik 20 November 1946 patut dijadikan contoh di era sekarang.
"Makna puputan bisa diartikan tidak mengenal kata menyerah. Namun, di sisi lain, puputan bisa diartikan pengorbanan membela keadilan serta mempertahankan harkat dan martabat kedaulatan bangsa. Selain itu sebagai refleksi jati diri sebagai bangsa bermartabat," kata Koster.
Simak Video "Video Dampak Listrik Bandara Ngurah Rai Bali Padam: 74 Penerbangan Delay"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)











































