Pelaku Ledakan di SMAN 72 Akses Grup True Crime Community Agar Dianggap Hebat

Pelaku Ledakan di SMAN 72 Akses Grup True Crime Community Agar Dianggap Hebat

Rumondang Naibaho - detikBali
Selasa, 18 Nov 2025 21:12 WIB
Kepala BNPT Komjen Eddy Hartono (Ondang/detikcom).
Kepala BNPT Komjen Eddy Hartono. (Foto: Ondang/detikcom).
Jakarta -

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Eddy Hartono mengungkap pelaku ledakan di SMAN 72 Kepala Gading, Jakarta Utara, mengakses grup True Crime Community. Menurutnya, seseorang yang mengakses dan meniru apa yang ada di dalam grup itu akan merasa hebat.

"Kalau di yang SMAN 72 diketahui Densus juga mengakses kepada grupnya, namanya TCC, True Crime Community. Jadi, dia bisa meniru ide perilaku apa yang terjadi," ujar Eddy di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025), dikutip dari detikNews.

"Sehingga dia meniru supaya bisa dibilang hebat ya, supaya ada kebanggaan. Nah, itu dari segi psikologis," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BNPT, Eddy berujar, telah bekerja sama dengan Kementerian PPA, KPAI, Kemensos, serta ahli psikologi. Hal itu untuk memetakan kondisi psikologis para anak yang terpapar terorisme.

ADVERTISEMENT

"Sehingga ketika diketahui secara psikologis apa yang terjadi, baru kami melakukan rehabilitasi. Kira-kira rehab apa yang pas ketika orang atau anak-anak ini mengalami tekanan secara psikologis," imbuhnya.

Menurut Eddy, perekrutan terorisme melalui media sosial hingga game online tengah menjadi tren. Pola perekrutan itu, dia melanjutkan, menyasar anak-anak dan pelajar.

Dia menyebut pelaku biasanya meniru aksi kekerasan di dunia digital disebut sebagai 'memetic violence'. Hal itu dilakukan untuk mendapat pengakuan dari lingkungan atau kelompoknya.

"Bahwa di dalam kajian psikologis, itu ada istilahnya namanya memetic radicalization atau memetic violence. Jadi dia lebih kepada meniru ide atau perilaku," jelas Eddy.

Jumlah Anak Terpapar Paham Radikal Meningkat

Juru bicara Densus 88 Antiteror, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menyebut jumlah anak yang terpapar paham radikal jaringan terorisme meningkat. Hal itu diduga akibat munculnya fenomena perekrutan kelompok teror melalui game online.

Densus 88 mencatat 17 anak diamankan karena terpapar jaringan teror sepanjang 2011-2017. Jumlah tersebut naik signifikan pada 2025.

"Densus 88 menyimpulkan bahwa ada tren yang tidak biasa dari tahun ke tahun di mana pada tahun 2011-2017 itu Densus 88 mengamankan kurang lebih 17 anak dan ini dilakukan berbagai tindakan. Tidak hanya penegakan hukum, tetapi juga ada proses pembinaan," kata Mayndra.

"Namun pada tahun ini, di tahun 2025 sendiri seperti tadi disampaikan kurang lebih lebih ada 110 yang saat ini sedang teridentifikasi. Jadi artinya kita bisa sama-sama menyimpulkan bahwa ada proses yang sangat masif sekali rekrutmen yang dilakukan melalui media daring," imbuhnya.

Artikel ini telah tayang di detikNews. Baca selengkapnya di sini!

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Mendikdasmen: Sebagian Siswa SMAN 72 Belum Siap Kembali Sekolah"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads