Ada Fenomena 'Memetic Violence' Terkait Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Apa Itu?

Nasional

Ada Fenomena 'Memetic Violence' Terkait Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Apa Itu?

AN Uyung Pramudiarja - detikBali
Rabu, 12 Nov 2025 07:36 WIB
PPID Densus 88 Anti Teror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana dalam jumpa pers soal ledakan di SMAN 72 Jakarta (Wildan N/detikcom)
Foto: PPID Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, dalam jumpa pers soal ledakan di SMAN 72 Jakarta (Wildan N/detikcom)
Jakarta -

Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror mengungkap fenomena 'memetic violence daring' terkait ledakan bom di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 72 Kelapa Gading, Jakarta. Hal itu disampaikan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana.

Mayndra dalam penjelasannya juga menyinggung sejumlah nama tokoh dan ideologi yang ditulis pelaku di permukaan airsoft gun. Namun, menurutnya, anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) ini tidak memiliki kaitan dengan jaringan teroris apa pun.

"Yang bersangkutan hanya melakukan copycat atau peniruan saja karena itu sebagai inspirasi yang bersangkutan melakukan tindakan," jelas Mayndra dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11/2025) dilansir dari detikHealth.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mayndra mengungkapkan ada enam tokoh yang ditulis di senjata mainan milik pelaku sebagai berikut.

  1. Alexandre Bissonnete, pelaku penembakan di Quebec City pada 29 Januari 2017.
  2. Luca Traini, pelaku penembakan enam migran asal Afrika di Kota Macerata pada Februari 2018.
  3. Brenton Harrison Tarrant, pelaku penembakan massal di dua masjid di Selandia Baru pada 15 Maret 2019.
  4. Eric Harris, pelaku penembakan di SMA Columbine.
  5. Dylan Klebold, pelaku penembakan di SMA Columbine.
  6. Dylann Roof, pelaku penembakan di salah satu gereja di Amerika Serikat.

Meski demikian, Densus 88 Antiteror Polri menyimpulkan ledakan bom di SMAN 72 Kelapa Gading belum termasuk tindak pidana terorisme. "Jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum, jadi kalau di komunitas kekerasan ini ada istilah memetic violence daring," kata Mayndra.

ADVERTISEMENT

Penjelasan Psikolog

Psikolog dan grafolog Joice Manurung menjelaskan perilaku kekerasan yang dilatarbelakangi keinginan meniru sosok lain dikenal dengan istilah 'mimetic violence'. Pelaku sering kali atau bahkan tidak kenal atau tidak punya kepentingan dengan objek perilaku agresifnya.

"Mimetic violence merupakan kekerasan yg dihasilkan oleh keinginan mengimitasi agresi dari sosok yg diidolakan terhadap objek tertentu," terang Joice saat dihubungi detikcom, Selasa (11/11/2025).

"Kalau dalam bidang seni, istilahnya mimesis," terang Joice menjelaskan asal kata mimetik.

Teori mimetika atau Mimetic Theory diperkenalkan oleh Rene Girard, seorang filsuf Prancis. Girard dalam teori tersebut menggambarkan kekerasan atau violence dapat lahir dari proses mimesis atau meniru yang kemudian memunculkan rivalitas.

Berbeda dengan teori mimetika, teori memetika atau 'Memetic Theory' digagas oleh ilmuwan biologi asal Inggris, Richard Dawkins. Istilah 'meme' yang diperkenalkannya di buku The Selfish Gene juga berasal dari bahasa Yunani mimesis yang artinya meniru.

Dawkins dalam teorinya menganalogikan meme, seperti gen dalam dunia biologi sebagai unit yang direplikasi. Teori yang juga menjelaskan kekerasan 'Memetic Violence' ini terus berkembang di era digital.

Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini!

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Menteri PPPA Sebut Kegiatan Belajar SMAN 72 Dimulai Lagi Senin"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads