Terungkap! Gempa Bulan Lebih Berbahaya dari yang Diperkirakan

Rachmatunnisa - detikBali
Senin, 06 Okt 2025 09:06 WIB
Ilustrasi. (Foto: ICON/BIG Bjarke Ingels Group)
Denpasar -

Penelitian terbaru mengungkap bahwa aktivitas seismik di bawah permukaan Bulan atau gempa Bulan berperan besar dalam membentuk lanskap satelit Bumi itu. Selama ini, dampak meteorit dianggap menjadi penyebab utama perubahan permukaan Bulan, namun temuan baru menunjukkan faktor seismik juga memiliki peran penting.

Dilansir dari detikInet, temuan ini dipublikasikan dalam studi berjudul Aktivitas Paleoseismik di Lembah Taurus-Littrow Bulan yang Disimpulkan dari Jatuhan Bongkahan Batu dan Tanah Longsor. Studi tersebut membawa implikasi besar bagi program Artemis NASA dan eksplorasi Bulan di masa depan.

Selama beberapa dekade, tumbukan meteorit diyakini sebagai kekuatan utama yang membentuk permukaan Bulan. Namun penelitian terbaru menunjukkan, gempa Bulan juga menjadi penyebab jatuhnya bongkahan batu dan tanah longsor di permukaan Bulan.

Lokasi penelitian difokuskan di lembah Taurus-Littrow, tempat para astronaut Apollo 17 menjalankan misi bersejarah mereka. Aktivitas seismik di wilayah ini diyakini telah mengubah medan Bulan selama jutaan tahun.

"Kami tidak memiliki instrumen gerak yang kuat yang dapat mengukur aktivitas seismik di Bulan seperti yang kami miliki di Bumi, jadi kami harus mencari cara lain untuk mengevaluasi seberapa besar kemungkinan pergerakan tanah, seperti jatuhnya bongkahan batu dan tanah longsor yang dipicu oleh peristiwa seismik ini," kata peneliti Nicholas Schmerr.

Risiko Patahan Aktif di Bulan

Salah satu temuan paling mengkhawatirkan adalah keberadaan patahan aktif seperti patahan Lee-Lincoln yang masih berpotensi menimbulkan gempa. Patahan yang sudah aktif selama jutaan tahun ini dapat memicu guncangan hingga masa kini dan berisiko terhadap rencana pembangunan pangkalan Bulan di masa depan.

"Distribusi global patahan dorong muda seperti patahan Lee-Lincoln, potensinya untuk tetap aktif, dan potensi pembentukan patahan dorong baru akibat kontraksi yang berkelanjutan harus dipertimbangkan saat merencanakan lokasi dan menilai stabilitas pos terdepan permanen di Bulan," ujar ilmuwan senior Smithsonian, Thomas R. Watters.

Para peneliti menilai, risiko dari patahan aktif harus diperhitungkan dalam menentukan lokasi infrastruktur jangka panjang di Bulan, termasuk habitat, stasiun penelitian, dan fasilitas penting lainnya.

Simak Video "Video CHAPEA: Rumah Cetak 3D Buat Latihan ke Mars!"


(dpw/dpw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork