Supermoon Terbesar-Tercerah di 2025 Bakal Terjadi Oktober Ini

Supermoon Terbesar-Tercerah di 2025 Bakal Terjadi Oktober Ini

Cicin Yulianti - detikBali
Minggu, 05 Okt 2025 22:00 WIB
People watch the rising Supermoon, known as the Hunter’s moon, in Berlin, Germany, October 17, 2024. REUTERS/Lisi Niesner
Foto: Ilustrasi supermoon. (REUTERS/Lisi Niesner)
Jakarta -

Supermoon yang terbesar dan tercerah pada 2025 bakal terjadi pada Oktober. Fenomena bulan ini akan menjadi tonton langit yang sangat menarik.

Supermoon atau disebut juga Harvest Moon ini diperkirakan muncul pada 7 Oktober 2025. Bulan purnama bisa tampak lebih cerah 30% dari biasanya.

"Supermoon bisa tampak hingga 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibanding Bulan purnama biasa," tulis laporan BBC dikutip dikutip Sabtu (4/10/2025) dilansir dari detikEdu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Fenomena Supermoon?

Di Indonesia, istilah supermoon dikenal sebagai bulan purnama. Namun, supermoon berbeda dengan bulan purnama pada umumnya karena ukurannya yang lebih besar.
Ukuran bulan tidak mengalami perubahan. Saat supermoon, Bulan menjadi seolah lebih besar karena jarak bulan ke bumi sangat dekat.

ADVERTISEMENT

Selama supermoon, bulan purnama bertepatan dengan titik terdekat bulan-bumi dalam orbit elipsnya (titik perigee), dikutip dari laman Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA).
Pencetus istilah supermoon adalah Richard Nolle, seorang astrolog. Ia menyebut bulan purnama besar sebagai supermoon pada 1979.

Jadwal Supermoon Tahun 2025

Mengutip BBC Sky at Night Magazine, supermoon 2025 akan terjadi sebanyak tiga kali, yakni pada 7 Oktober, 5 November, dan 4 Desember. Pada waktu-waktu tersebut, Bulan akan tampak sangat cerah di langit malam. Tak perlu teleskop atau teropong, detikers bisa menyaksikannya secara langsung.

Sebenarnya, bulan purnama tiap tahunnya terjadi sebanyak 12 atau 13 kali. Akan tetapi, tidak semua bulan purnama memiliki penampakan bulan yang besar dan terang. Bahkan, ada beberapa supermoon yang tidak bisa dilihat karena terjadi pada bulan baru. Fenomena ini disebut sebagai supermoon baru.

Dampak Supermoon terhadap Bumi

Supermoon tidak menyebabkan dampak yang besar, melainkan seperti pada fenomena bulan purnama biasa. Fenomena bulan purnama atau bulan baru kerap memengaruhi pasang surut laut, demikian dikutip dari Earth Sky.

Kondisi ini dikenal sebagai pasang surut musim semi. Namun, ketika Bulan purnama atau bulan baru terjadi bertepatan dengan posisi bulan berada di titik terdekatnya dengan bumi (perigee), maka pasang naik yang muncul disebut pasang surut musim semi perigean atau sering juga disebut pasang surut raja.

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah ini juga populer dengan sebutan pasang surut supermoon. Menurut ahli astronomi Fred Espenak, gravitasi supermoon yang berada paling dekat dengan bumi hanya sekitar 4% lebih besar dibanding gravitasi bulan pada jarak rata-rata.

Pasang surut supermoon biasanya terjadi sekitar satu hari setelah fase bulan baru atau bulan purnama. Tingginya pasang air laut ini sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca serta bentuk garis pantai di suatu wilayah.

Artikel ini telah tayang di detikEdu. Baca selengkapnya di sini!




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads