Krisis Air Badung Selatan, Pemkab Siapkan Desalinasi dan Pipa Baru

Agus Eka Purna Negara - detikBali
Rabu, 03 Sep 2025 20:55 WIB
Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa usai hadiri acara di Perumda Tirta Mangutama, Mangupura, Rabu sore (3/9/2025). (Foto: Agus Eka/detikBali)
Badung -

Krisis air bersih masih menjadi persoalan di Badung, terutama wilayah selatan yang padat akomodasi wisata. Suplai air rumah tangga kerap terganggu karena terbatasnya debit air, sementara kebutuhan sektor komersial terus meningkat.

Untuk mengatasi masalah itu, Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa mendorong Perumda Tirta Mangutama mengolah air laut menjadi air tawar atau desalinasi. Langkah ini dinilai penting agar pasokan air rumah tangga tetap aman.

"Saat ini kita masih manfaatkan air permukaan, dan kita tahu ketersediaannya sangat terbatas. Oleh karena itu, saya minta dilakukan diversifikasi dengan memanfaatkan air laut, agar ke depan kita tidak lagi kewalahan memenuhi kebutuhan air," kata Adi Arnawa, Rabu (3/9/2025).

Air Laut untuk Sektor Komersial

Adi menjelaskan, selama ini Badung hanya mengandalkan pengolahan air permukaan. Akibatnya, suplai ke rumah tangga harus berbagi dengan kebutuhan komersial yang terus bertambah, khususnya di kawasan selatan.

"Kalau sekarang kan tidak. Semua (hasil olahan) air permukaan juga dibawa ke komersial, juga masyarakat dan ini berbagi. Ini yang saya minta agar dilakukan perubahan dengan siapkan debit air baru," ujarnya.

Biaya desalinasi disebut tinggi, sekitar Rp 30 ribu per meter kubik. Karena itu, air hasil olahan laut tidak mungkin dijual ke rumah tangga.

"Kami dorong Perumda mengarahkan pemakaian air ini khusus kepada yang berbau komersial seperti hotel, resto, bandara itu. Sehingga air permukaan yang merupakan air yang harganya lebih rendah ini bisa disuplai ke rumah tangga dengan harga yang tetap murah," tegasnya.

Adi menyebut teknologi desalinasi yang umum digunakan adalah Reverse Osmosis (RO). Skema ini membuka peluang cross-subsidi: air permukaan dialokasikan ke rumah tangga dengan tarif terjangkau, sedangkan air desalinasi diprioritaskan untuk pariwisata.

"Air laut memang lebih mahal dalam prosesnya, tetapi ketersediaannya tidak terbatas. Lebih baik kita berinvestasi sedikit lebih mahal daripada nantinya kekurangan air," pungkasnya.

Simak Video "Video: BMKG Soroti Krisis Air, Sebut Restorasi Sungai Jadi Solusi"


(dpw/dpw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork