Pemkab Badung terus mengupayakan pengolahan sampah mandiri dari sumbernya. Namun, masih ada desa dan kelurahan yang terkendala membangun Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R).
Hal itu terungkap saat Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa memimpin rapat koordinasi (rakor) percepatan pengelolaan sampah bersama kepala desa dan lurah di Kantor Bupati Puspem Badung, Rabu (3/9/2025). Dari 46 desa dan 16 kelurahan, tercatat baru 41 desa/kelurahan memiliki TPS3R.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung Ida Bagus Gede Arjana mengatakan sejumlah desa dan kelurahan masih belum bisa membangun TPS3R karena berbagai kendala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa desa dan kelurahan juga masih ada yang belum bisa membangun TPS3R. Itu karena ada beberapa kendala, yang utama kendala lokasi, kedua operasional, kaitannya dengan SDM, dan kemudian sarana-prasarananya," ujarnya.
Menurut Arjana, DLHK telah memastikan pengolahan sampah di desa yang sudah memiliki TPS3R berjalan maksimal. Untuk desa dan kelurahan yang belum memiliki TPS, pihaknya mengarahkan agar minimal menyiapkan lokasi.
"Kaitannya dengan sarana dan prasarana maupun biaya operasional, itu agar diajukan melalui proposal. Sesuai dengan kebijakan pak bupati, akan dibantu melalui dana hibah dan BKK," katanya.
Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa menegaskan akan terus memantau desa, terutama yang sudah memiliki TPS3R, agar sistem pengolahan berjalan baik. Ia menekankan perlunya merumuskan usulan dari kepala desa terkait rekomendasi vendor penyedia mesin pengolah sampah.
"Mudah-mudahan nanti dengan pertemuan ini kita akan bisa secepatnya mengambil keputusan. Masalah sampah tidak bisa kita ajaknya retorika. Kita harus action langsung, tidak hanya bisa berteori. Terhadap desa yang TPS3R-nya sudah jalan dan sudah bagus saya apresiasi," kata politikus PDIP itu.
Adi juga membuka peluang bagi perusahaan yang menawarkan teknologi pengolahan sampah. Ia meminta perangkat desa dan DLHK ikut membantu merumuskan sistem yang tepat untuk tiap wilayah.
"Banyak vendor yang menyampaikan teknologi bersama-sama, A, B, C, D. Saya ingin benar-benar mendapatkan satu pengolahan sampah atau mesin atau teknologi yang memang-memang menyelesaikan masalah," ujarnya.
Adi menambahkan, pihaknya ingin memastikan teknologi yang dipilih dapat mengolah residu sampah agar tidak lagi menumpuk di TPA Suwung.
"Selama ini saya melihat bahwa pengolahan sampah yang di masing-masing di TPS3R ini kan masih memberikan residu. Berbeda kalau residu itu hanya sekedar abu, tetapi kalau residu ini masih berbentuk, sampai yang memang tidak bisa diolah di TPA Suwung. Maka saya ingin memastikan bagaimana alat atau mesin yang kita pakai nantinya, sehingga dengan demikian bisa diolah menjadi batako atau lainnya," jelas Adi Arnawa.
(dpw/dpw)