Wali Kota Bima, A Rahman atau akrab disapa Aji Man, menyoroti persoalan sampah saat memimpin upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-23 Kota Bima. Upacara tersebut digelar di halaman kantor Pemerintah Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (10/4/2025).
Dalam sambutannya, Aji Man menyampaikan bahwa di usia ke-23, Kota Bima tidak lagi tergolong muda. Ia menyebut, ini merupakan fase keemasan bagi sebuah daerah.
"Di tengah usia yang matang ini, Kota Bima dihadapkan dengan berbagai tantangan dan masalah krusial ke depannya, salah satunya berkaitan dengan sampah," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aji Man mengungkapkan, produksi sampah di Kota Bima saat ini mencapai 150 meter kubik per hari. Namun, kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) di Kelurahan Oi Mbo, Kecamatan Rasanae Timur, sudah melebihi batas.
"Sampah-sampah yang diproduksi hanya bisa ditampung sekitar 65 persen, mengingat TPA Oi Mbo sudah over kapasitas. Armada dan personel persampahan di Kota Bima juga masih minim," katanya.
Momen HUT ke-23 ini pun dimanfaatkan untuk meluncurkan program Bima BISA (Bersih, Indah, Sehat, dan Asri). Program ini, kata Aji Man, akan menjadi tonggak awal untuk menjadikan Kota Bima bebas sampah.
"Program Bima BISA yang kita luncurkan hari ini, tidak hanya gerakan moral, sosial dan edukasi. Tapi juga sebagai langkah awal bagi kami (Man-Feri) dan kita semua dalam mewujudkan Kota Bima yang bersih dan nyaman," ujarnya.
Aji Man menegaskan bahwa peringatan HUT ke-23 juga harus menjadi titik balik perubahan besar. Pemerintah Kota Bima, lanjutnya, akan segera menyusun dan menetapkan regulasi khusus terkait pengelolaan sampah.
"Saya mengajak seluruh warga Kota Bima untuk bersama-sama berkolaborasi, bersinergi dan membangun gerakan partisipatif untuk menciptakan dan menjadikan kebersihan sebagai budaya yang mengakar," imbuhnya.
Selain isu sampah, Aji Man juga mengimbau masyarakat untuk memulai tradisi baru yang lebih ramah lingkungan. Ia mengusulkan agar karangan bunga pada kegiatan pemerintahan dan acara sosial masyarakat seperti pernikahan diganti dengan satu pohon.
"Mulai hari ini, mari kita bangun tradisi baru, menggantikan karangan bunga dengan satu pohon saat kegiatan pemerintahan dan acara sosial kemasyarakatan," ujarnya.
Politikus Partai Demokrat ini menilai, pohon yang ditanam akan memberi manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat. Pohon tersebut dapat ditanam di pekarangan rumah maupun halaman kantor.
"Ini sebagai wujud syukur dan bentuk cinta kita terhadap alam dan daerah," ujarnya.
Aji Man menutup dengan harapan agar seluruh elemen masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan Kota Bima. Menurutnya, membangun daerah tidak hanya soal anggaran, tetapi juga soal kesadaran kolektif.
"Saya percaya dan optimistis dengan sinergi dan kolaborasi semua pihak, visi-misi Kota Bima yang maju, bermartabat dan berkelanjutan akan mudah terwujud," imbuhnya.
(dpw/gsp)