Seorang pria mengambil sampah dari motor gerobak di Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) Sadu Kencana. Sampah itu kemudian ditaruh di satu sisi.
Pekerja lainnya tampak mengaduk-aduk sampah organik yang mulai membusuk untuk diubah menjadi kompos. Pekerja lainnya nampak memilah sampah plastik.
"Ada enam pekerja yang mengangkut, memilah sampah, hingga membuat kompos," tutur Pendamping TPS3R Sadu Kencana, Andriana, kepada detikBali, Minggu (2/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andriana menjelaskan TPS3R yang berdiri di Desa Dauh Peken, Tabanan, itu berdiri sejak 2015. Sayangnya, saat itu TPS3R tersebut hanya menjadi tempat pembuangan sampah saja meski sudah mampu mengolah sampah.
TPS3R Sadu Kencana mulai dioptimalisasi kembali pada 2022. Saat itu, TPS3R mendapatkan bantuan dari BRI.
Bantuan dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bank pelat merah itu antara lain pikap, kantong sampah, hingga bak komposter. "Pikapnya dipakai untuk mengangkut sampah dari rumah-rumah warga ke TPS3R," beber Andriana.
![]() |
Pengelola TPS3R juga membuat inovasi dengan menerapkan sistem pembayaran nontunai bagi para pelanggannya sejak 2022. Mereka bisa membayar iuran sampah sebesar Rp 30 ribu dengan transfer ke BRI maupun QRIS.
Pembayaran nontunai itu mempermudah pelanggan maupun pengelola TPS3R. "Jadi ini memudahkan pelanggan," tutur perempuan berusia 42 tahun tersebut.
Kini TPS3R Sadu Kencana mengolah sampah dari 600 pelanggan. Dari jumlah pelanggan itu terdapat dua rumah sakit dan empat sekolah.
Baca juga: Ragam Cara Selamatkan Bali dari Sampah |
Kehadiran TPS3R itu juga bisa sedikit demi sedikit mengubah kebiasaan warga Dauh Peken yang dulu kerap membuang sampah sembarangan. Dampaknya, desa itu tampak kotor karena sampah berserakan.
Ketua TPS3R Sadu Kencana, Ni Putu Suarlin, menuturkan TPS3R itu kini bisa mengolah sampah organik menjadi kompos. TPS3R itu bisa memproduksi 300 kilogram (kg) kompos dalam tiga bulan.
Kompos itu lalu dijual dengan harga Rp 2 ribu per kg dan Rp 5 ribu per 3 kg. "Yang beli antara lain petani dan pelanggan TPS3R," ungkap perempuan berusia 40 tahun tersebut.
Perbekel Desa Dauh Peken I Komang Sanayasa menerangkan TPS3R Sadu Kencana dibangun pada 2015 dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Pembagunan TPS3R itu bertujuan agar Desa Dauh Peken bisa mandiri mengolah sampahnya.
TPS3R Sadu Kencana baru bisa mengolah sampah dari 600 pelanggannya. Padahal, ada 4.046 keluarga di Desa Dauh Peken. "Ini langkah kecil kami untuk peduli lingkungan karena sampah kan menjadi isu nasional," papar Sanayasa.
Permasalahan lingkungan menjadi salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Program Asta Cita nomor delapan menyebutkan pentingnya memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Sanayasa terus berupaya membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan. Termasuk mendorong masyarakat bisa mengolah sampahnya.
Regional CEO BRI Denpasar, Hery Noercahya, mengungkapkan sampah seringkali menjadi masalah krusial di masyarakat. Hal ini terjadi lantaran sampah tidak dikelola dengan baik yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti pencemaran tanah, air, dan udara.
BRI Regional Office Denpasar berupaya menangani sampah di Bali. Salah satunya dengan memberikan bantuan kepada TPS3R Sadu Kencana. "Bantuan yang diberikan berupa satu mobil pengangkut sampah, satu plang nama, 1.800 (helai) kantong sampah, tiga bak komposter, dan renovasi kantor TPS3R," ungkapnya.
Herry berharap bantuan itu bisa meningkatkan produktivitas TPS3R dalam menyelesaikan permasalahan sampah di desa sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan dan pengelolaan sampah dari rumah tangga. "Pemberian bantuan kepada TPS3R merupakan komitmen BRI untuk mendukung program pemerintah dalam pengelolaan sampah berbasis sumber," tegasnya.
(gsp/gsp)